Berita Nasional
Analisis Hubungan Presiden Prabowo-Gibran Usai Tak Hadiri Pelantikan: Dagelan atau Dinamika Wajar
Ketidakhadiran Wapres Gibran Rakabuming Raka di pelantikan sejumlah menteri di Istana Kepresidenan pada Rabu (17/9/2025), memicu beragam spekulasi.
Penulis: Darwin Sijabat | Editor: Darwin Sijabat
TRIBUNJAMBI.COM - Ketidakhadiran Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka dalam pelantikan sejumlah menteri di Istana Kepresidenan belakangan ini, Rabu (17/9/2025), memicu beragam spekulasi.
Politisi PDI Perjuangan, Ferdinand Hutahaean bahkan menyebutnya sebagai dagelan politik dan sinyal selesainya Wapres Gibran.
Namun, jika dilihat dari sudut pandang yang lebih luas, absennya anak bisa jadi bukan keretakan, melainkan dinamika kerja yang disengaja.
Pernyataan Ferdinand Hutahaean yang beredar luas di media sosial menggarisbawahi tradisi lama.
Tradisi itu yakni Wakil Presiden harus hadir dalam setiap pelantikan Menteri.
Alasan yang ia kemukakan cukup kuat, bahwa menteri adalah pembantu presiden dan wakil presiden, dan kehadirannya penting sebagai bentuk soliditas pemerintahan.
Namun, di era digital dan modern ini, apakah tradisi tersebut masih relevan?
Ketidakhadiran Wapres Gibran di Istana ternyata bukan tanpa alasan.
Baca juga: Relawan Jokowi Minta Jatah Kursi di Kabinet Prabowo Viral: Berjuang Habis-habisan di Pilpres 2024
Baca juga: Kondisi Terkini Driver Ojol Dihajar Oknum TNI Hingga Hidung Patah Gegara Tak Terima Diklakson
Baca juga: Terindikasi Jadi Tempat Prostitusi, 11 Warung di Dusun Bangko Merangin Jambi Dibongkar
Berdasarkan informasi yang dihimpun, putra sulung Presiden ke-7 RI Joko Widodo itu sedang dalam kunjungan kerja di Papua.
Dia meninjau langsung pelaksanaan program-program strategis, salah satunya Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di sebuah sekolah di Sentani, Jayapura.
Situasi ini memunculkan dua tafsir berbeda:
Tafsir Dagelan Ferdinand
Ini adalah tanda Gibran tidak dihargai, tidak diundang, atau sengaja tidak hadir karena sudah ada keretakan dengan Presiden Prabowo Subianto.
Pilihan Gibran Rakabuming Raka untuk tetap di Papua dianggap menunjukkan ketidakpahaman akan etika dan struktur ketatanegaraan.
Tafsir Dinamika Wajar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.