Berita Viral
Tragis Kematian Andika Lutfi Falah, Siswa SMKN 14 Tangerang Pecah Kepala, Sempat Ikut Demo di DPR RI
Dari luar, tubuh Andika hanya menunjukkan memar. Namun hasil CT-Scan mengungkap trauma serius di kepala, termasuk tempurung yang pecah
Penulis: Tommy Kurniawan | Editor: Tommy Kurniawan
TRIBUNJAMBI.COM - Tragisnya kematian Andika Lutfi Falah, pelajar SMKN 14 Kabupaten Tangerang, Banten.
Ya, Andika yang baru berusia 16 tahun meninggal dunia pada Senin (1/9/2025) usai tiga hari koma di RS TNI AL Mintoharjo, Jakarta.
Diduga Andik menjadi korban kekerasan aparat saat mengikuti unjuk rasa di depan Gedung DPR/MPR RI, Kamis (28/8/2025).
Kisa pilu ini berawal saat Andika berangkat ke lokasi aksi tanpa membawa ponsel dan kartu identitas, yang hilang saat mendaki gunung belum lama ini.
Menurut sang kaka, Pangestu, Andika bergabung dengan barisan pelajar lain di tengah situasi memanas.
Gas air mata ditembakkan ke berbagai arah, bentrokan tak terhindarkan, dan Andika diduga terpapar gas serta mengalami benturan benda tumpul di kepala.
Baca juga: Ngerinya 5 Anggota Keluarga Tewas dan Dikubur di Rumah, Tetangga Curiga Pelaku Naik Pikap: Ada Bayi
Baca juga: Sosok Zetro Leonardo Purba, Diplomat KBRI Ditembak di Depan Istri, Diduga Pelaku Pembunuh Bayaran
Baca juga: Fakta Kematian Zetro Purba Diplomat Ditembak Mati Depan Istri, Dicegat Pembunuh Bayaran Saat Pulang
"Adik saya berangkat tanpa identitas, sampai di sana misah barisan, jadi ikut anak sekolah lain. Malam itu situasinya brutal, gas air mata dilontarkan ke mana-mana. Posisi polisi dekat dengan massa, massa-nya digebukin. Di situ adik saya kena gas air mata dan mungkin jatuh," ujar Pangestu.
Dari luar, tubuh Andika hanya menunjukkan memar. Namun hasil CT-Scan mengungkap trauma serius di kepala, termasuk tempurung yang pecah dan pendarahan di otak.
Penanganan medis sempat terlambat karena ketiadaan identitas, membuat kondisi Andika semakin kritis.
"Saya tidak menyalahkan tim medis, saya bersyukur adik saya dibawa ke IGD. Tapi yang saya sayangkan, adik saya tanpa identitas. Masih 16 tahun, nggak ada KTP. Jadi penanganannya telat satu hari, ternyata adik saya kritis satu hari, jadi semuanya telat," kata Pangestu.
Andika sempat masuk ICU dalam kondisi koma dan tidak pernah sadar lagi hingga dinyatakan meninggal dunia.
Harapan keluarga sempat tumbuh karena Andika dikenal sebagai anak pecinta alam yang kuat secara fisik. Namun luka dalam yang tak terlihat dari luar merenggut nyawanya.
Kematian Andika menjadi sorotan publik dan media sosial. Rekan-rekannya menyampaikan bela sungkawa, sementara LBH Jakarta menyatakan pihak keluarga sempat menghubungi Tim Advokasi untuk Demokrasi.
"Kami masih akan pastikan penyebab kematian ke keluarga,” ujar Direktur LBH Jakarta, Fadhil Alfathan.
Tragedi Andika bukanlah satu-satunya. Salah satu kisah yang menggugah adalah tentang Affan Kurniawan, seorang pengemudi ojek online berusia 21 tahun. Ia tewas tertabrak kendaraan taktis Brimob saat hendak mengantar pesanan di kawasan Pejompongan, Jakarta Pusat.
Affan bukan bagian dari massa aksi, melainkan sedang menjalankan tugasnya sebagai pekerja harian.
Abdul, saksi mata, mengenang momen tragis itu dengan suara bergetar, "Dia benar-benar nyoba nabrakin para pendemo."
Diketahui, sejumlah orang meninggal dunia dalam rangkaian aksi unjuk rasa yang berlangsung dari 25 Agustus hingga 1 September 2025.
Mereka berasal dari latar belakang yang beragam, mulai dari pengemudi ojek daring, pelajar, mahasiswa, hingga pegawai pemerintahan, yang menjadi korban dalam situasi penuh ketegangan dan kekacauan.
Di Makassar, tiga korban jiwa tercatat dalam insiden pembakaran Gedung DPRD Makassar.
Saiful Akbar, Muhammad Akbar Basri, dan Sarina Wati meninggal dunia dalam situasi tragis saat massa merangsek masuk ke gedung dan api mulai membakar ruangan.
Korban lainnya, Rusdamiansyah, seorang pengemudi ojek online, tewas setelah dikeroyok massa di depan kampus Universitas Muslim Indonesia (UMI), Makassar.
Ia dituduh sebagai intel oleh sekelompok demonstran dan mengalami luka berat yang merenggut nyawanya.
Di Yogyakarta, Rheza Sendy Pratama, mahasiswa Universitas Amikom, meninggal dunia dalam kericuhan di depan Markas Polda DIY.
Keluarga menemukan luka-luka mencurigakan di tubuhnya dan hingga kini belum mendapat penjelasan resmi.
Sumari, penarik becak berusia 60 tahun di Surakarta, menjadi korban gas air mata yang ditembakkan aparat.
Ia diduga mengalami serangan jantung dan asma kambuh saat tidur di becaknya.
Andika Lutfi Falah, pelajar SMK di Tangerang, meninggal dunia setelah mengalami benturan benda tumpul di kepala saat ikut aksi demonstrasi di Jakarta.
Sementara itu, Iko Juliant Junior, mahasiswa Universitas Negeri Semarang, ditemukan dalam kondisi kritis setelah sebelumnya memberi kabar akan menjemput temannya di Polda Jateng.
Ia mengalami kerusakan limpa dan pendarahan hebat sebelum akhirnya meninggal dunia.
Ratusan orang luka-luka selama periode demonstrasi dari 25 Agustus hingga 1 September.
Aparat kepolisian mengamankan 3.195 orang di 15 Polda seluruh Indonesia. Dari jumlah tersebut, 387 orang telah dipulangkan ke keluarga masing-masing, 2.753 orang masih menjalani pemeriksaan, dan 55 orang telah ditetapkan sebagai tersangka, sebagian besar terkait aksi perusakan dan penjarahan.
Fakta Kematian Zetro Purba Diplomat Ditembak Mati Depan Istri, Dicegat Pembunuh Bayaran Saat Pulang |
![]() |
---|
RW Dirikan Posko dan Imbau Warga Kembalikan Barang Jarahan dari Rumah Ahmad Sahroni |
![]() |
---|
Detik-detik Zetro Purba Diplomat KBRI Ditembak Mati Depan Istri di Peru, Baru Selesai Bersepeda |
![]() |
---|
PSI Klaim Ada Upaya Adu Domba Jokowi dan Prabowo di Balik Layar Demo |
![]() |
---|
Sosok Zetro Leonardo Purba, Diplomat KBRI Ditembak di Depan Istri, Diduga Pelaku Pembunuh Bayaran |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.