Pencemaran Sungai Batanghari
Analisis Iktiolog Universitas Jambi Dr Tedjo Sukmono dan Fakta Air Sungai Batanghari 8-14 Cm
Iktiolog Jambi yang juga Dosen Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Jambi, Dr Tedjo Sukmono, telah melakukan serangkaian penelitian dan
Penulis: Rifani Halim | Editor: asto s
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Kondisi Sungai Batanghari dalam satu dekade terakhir terus menurun. Saat ini, kondisinya berada pada level yang mengkhawatirkan.
Iktiolog Jambi yang juga Dosen Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Jambi, Dr Tedjo Sukmono, telah melakukan serangkaian penelitian dan ekspedisi di sepanjang aliran sungai terpanjang di Sumatera tersebut.
Tedjo mengatakan, secara visual Sungai Batanghari tampak keruh, dengan banyak titik yang mengalami pendangkalan.
Kondisi itu telah terkonfirmasi melalui pengukuran kecerahan air saat Ekspedisi Milir Berakit pada 2023.
"Kecerahan Sungai Batanghari hanya 8-14 Cm. Artinya sungai ini sangat keruh,"
ujarnya.
Kondisi Sungai Batanghari:
- Tingkat kecerahan air 8-14 Cm
- Kondisi air Sungai Batanghari satu dekade terakhir menurun
- Kondisi Sungai Batanghari pada level yang mengkhawatirkan.
- Kondisi air sangat keruh
- Banyak titik pendangkalan
Dia menduga kuat kekeruhan ekstrem ini dipicu aktivitas penambangan yang melakukan penyedotan dasar sungai secara langsung.
Sedotan tersebut mengaduk-aduk dasar sungai setiap saat, hingga membuat partikel terlarut terus naik ke permukaan dan tidak pernah mengendap.
"Kondisi ini menyebabkan cahaya matahari tidak dapat menembus air lebih dalam. Siklus fotosintesis fitoplankton terganggu, oksigen menurun, suhu meningkat, dan produktivitas sungai ikut turun," jelas Tedjo.
Produktivitas sungai yang rendah berdampak langsung pada siklus energi dan materi yang dimanfaatkan biota air, terutama ikan.
Biodiversitas ikan di Batanghari kini menurun tajam.
Tidak hanya itu, habitat alami ikan juga rusak akibat tergerusnya dasar dan lubuk sungai dari aktivitas penambangan.
Hasil beberapa survei menunjukkan ikan-ikan di Batanghari kini cenderung bermigrasi untuk mencari area perlindungan ke danau (lake) oxbow maupun anak-anak sungai yang masih menyediakan habitat lebih stabil.
Oxbow lake, atau danau tapal kuda, adalah perairan berbentuk U yang terbentuk ketika aliran sungai yang berkelok-kelok (meander) terputus dari aliran utama karena proses erosi.
Fenomena ini terjadi saat sungai mengambil jalan pintas, sering kali saat banjir, meninggalkan kelokan sungai yang lama terpisah dan menjadi badan air yang berdiri sendiri. (Tribun Jambi/Rifani Halim)
Rentetan Dampak:
- Diduga karena aktivitas penambangan
- Penambangan melakukan penyedotan dasar sungai secara langsung
- Sedotan mengaduk-aduk dasar sungai setiap saat
- Partikel terlarut terus naik ke permukaan dan tidak pernah mengendap.
- Akibatnya cahaya matahari tidak dapat menembus air lebih dalam
Rentetan Dampak:
- Siklus fotosintesis fitoplankton terganggu, oksigen menurun, suhu meningkat
- Produktivitas sungai ikut turun
- Siklus energi dan materi yang dimanfaatkan biota air, terutama ikan, biodiversitas ikan menurun tajam
- Habitat alami ikan juga rusak akibat tergerusnya dasar dan lubuk sungai dari aktivitas penambangan
Sumber: Hasil Penelitian dan Ekspedisi Milir Berakit 2023, Dr Tedjo Sukomono, Dosen Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Jambi, Iktiolog, November 2025
Baca juga: Hilangnya Ikan Tapah Raksasa di Sungai Batanghari Jambi, Perubahan 1995 dan Sampah
Baca juga: AKP Helrawaty Siregar Lari dari Simpang Polda Jambi ke Lokasi Kebakaran, Rotator Mobil Tak Digubris
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jambi/foto/bank/originals/21112018_tedjo.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.