Berita Jambi

Tante di Jambi Menunggu di Luar selagi Keponakan Diikat Dipaksa Layani Pria

Seorang tante di Jambi tega menjual keponakannya sendiri kepada pria hidung belang. Kini, keponakannya trauma. Kasus sudah dilaporkan ke Polda Jambi

Penulis: Mareza Sutan AJ | Editor: Mareza Sutan AJ
Tribunjambi.com
ILUSTRASI - Seorang tante di Jambi tega menjual keponakannya sendiri kepada pria hidung belang. Kini, keponakannya trauma. Kasus sudah dilaporkan ke Polda Jambi 

Rumah di kawasan Mendalo itu menjadi saksi. Tante dan temannya menunggu di luar, sementara keponakannya diikat, dipaksa melayani seorang pria yang tidak ia kenal. Remaja 17 tahun itu mengalami tindakan kekerasan seksual. Kini ia trauma.

Disclaimer: Artikel ini memuat informasi sensitif yang mungkin membuat Anda tidak nyaman karena berisi tindakan kekerasan seksual.

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Seorang tante di Jambi tega menjual keponakannya sendiri kepada pria hidung belang.

Tindakan amoral ini ia lakukan bersama temannya di sebuah rumah di sudut kawasan Mendalo, Jambi Luar Kota, Muaro Jambi.

Modus, Diajak ke Kafe

Seorang remaja perempuan berusia 17 tahun diduga menjadi korban eksploitasi setelah dimanfaatkan oleh tantenya sendiri untuk bertemu dengan seorang pria.

Peristiwa ini terjadi pada awal Desember 2024.

Dari keterangan, peristiwa itu terjadi pada 6-7 Desember 2024 lalu di kawasan Mendalo, Jaluko, Muaro Jambi.

Saat itu, korban yang baru berusia 17 tahun dijemput oleh tantenya, WD, bersama seorang rekannya bernama Dinda menggunakan taksi online sekitar pukul 19.00 WIB.

Remaja itu menurut karena tantenya beralasan untuk mengajak nongkrong di sebuah kafe.

Namun perjalanan tersebut justru berakhir di sebuah kawasan perumahan yang harus melewati jalan sunyi dan area hutan di sudut kawasan Mendalo, Muaro Jambi.

Sesampainya di tempat itu, remaja itu bertemu seorang pria yang tidak dikenalnya.

Ia diminta masuk ke dalam rumah sementara pria tersebut berbincang sejenak dengan WD dan Dinda.

Tidak lama kemudian, pria itu masuk dan melakukan tindakan pemaksaan terhadap korban.

Korban diikat, dan mengalami tindakan yang tidak pantas.

Ia melakukan tindakan asusila dengan alasan telah membayar melalui tantenya.

Korban mencoba melawan, tetapi pria tersebut mengancam dan menyebut bahwa ia telah memberikan uang kepada WD.

"Saat kejadian, adik saya (WD) dan temannya Dinda, menunggu di luar rumah laki-laki itu," kata T, ibu korban, saat diwawancarai pada Selasa (18/11/2025).

Sekitar pukul 10.00 WIB keesokan harinya, korban keluar dari rumah tersebut dan kemudian dibawa pulang oleh para pelaku.

Selama perjalanan, anak T itu menangis, tetapi pelaku memaksanya diam dengan ancaman akan membunuh dan membuangnya ke hutan.

T mengatakan tidak menyangka adiknya sendiri mampu melakukan hal seperti itu.

Ia juga mengungkapkan bahwa anaknya beberapa kali mengalami kekerasan fisik.

"Kepala anak saya juga pernah diantukkan ke dinding sampai memar, uang yang saya kirim ke anak saya juga sering dicuri," ucap T.

Perubahan Emosi Membuat Ibu Curiga

Kasus ini mulai terungkap setelah T melihat perubahan perilaku putrinya yang semakin tidak stabil.

Ia membawa anaknya ke psikiater dan memberikan obat penenang sesuai anjuran dokter, tetapi kondisi emosional anaknya tidak banyak membaik.

"Akhirnya saya tanya baik-baik, saya bilang saya mamanya, bukan musuhnya.

"Puncaknya saya tanya, apakah sudah tidak perawan karena pacaran, dia baru jawab tidak, dia bilang 'saya dijual sama mereka mak', dia bilang gitu," ungkap T.

Setelah mengetahui hal tersebut, T melaporkan kejadian itu ke Polda Jambi pada Sabtu (8/10/2025).

Layangkan Laporan

T (35) melaporkan kasus dugaan tindak pidana perdagangan orang (TPPO) ini ke pihak kepolisian.

Laporan resmi telah masuk ke SPKT Polda Jambi pada 8 Oktober 2025 dengan nomor LP/B/337/X/2025/SPKT/POLDA JAMBI.

Namun, meski sudah menyerahkan seluruh bukti, mulai dari visum hingga laporan psikolog dan psikiater, sudah diserahkan kepada polisi, hingga sekarang para pelaku belum diamankan.

"Kami berharap pihak kepolisian segera menindaklanjuti dan memproses hukum pelaku. Anak saya masih menjalani pendampingan psikologis karena trauma berat," ujarnya.

KPR sering panik, memegangi kepala dan tangan, serta mudah bereaksi ketika mendapatkan teguran.

Kondisi ini membuat TW membawa anaknya ke psikolog, dan kemudian dirujuk ke psikiater serta Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA).

"Anak saya sempat mengonsumsi obat pereda nyeri hingga lima tablet per hari untuk meredakan kecemasannya," ujar TW, Senin (17/11/2025).

 

Sebagian artikel ini disadur dari Kompas.com dengan judul Pilu Remaja di Jambi, Dijual Tante Kandung untuk Layani Pria Hidung Belang

 

Catatan Redaksi:

Artikel yang tersedia di situs ini bersifat informatif, tanpa bertujuan menganjuran untuk melakukan kekerasan. Jika Anda atau seseorang di sekitar Anda membutuhkan dukungan terkait kekerasan, jangan ragu untuk menghubungi pihak berwenang atau lembaga bantuan psikologis terpercaya.

 

Baca juga: Takut Siswa SMP di Merangin Lihat Bos PETI Pukul Guru Depan Kelas saat Jam Mengajar

Baca juga: Pria 19 Tahun Sempat Main Biliar sebelum Ditemukan Bersimbah Darah di Rumah

Baca juga: Eks Kapolres Ngada Dihukum 19 Tahun Penjara, Denda Rp5 M, dan Restitusi Rp359 Juta

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved