Bill Ackman, pendiri Pershing Square, menilai tren ini tak terhindarkan.
“Konten iklan akan segera didominasi AI, tetapi kreativitas manusia dalam seni tingkat tinggi akan bertahan lebih lama,” ujarnya di platform X.
5. Teknologi dan Pemrograman Dasar
Meski terdengar kontradiktif, pekerjaan di bidang teknologi juga tidak sepenuhnya aman.
Pengembangan perangkat lunak, rekayasa, dan ilmu data memiliki dua sisi: AI meningkatkan produktivitas tetapi juga mengotomatiskan tugas-tugas pengkodean dan desain rutin.
World Economic Forum (2025) memprediksi 40 persen tugas pemrograman dapat diotomatisasi pada 2040.
Bessent melihat pertumbuhan dalam peran-peran yang berkaitan dengan AI seperti keamanan siber, tetapi pekerjaan STEM yang terstandarisasi secara bertahap akan beralih ke algoritma.
Meski begitu, riset, inovasi, dan pengembangan teknologi baru diperkirakan masih akan tetap dikendalikan manusia dalam jangka panjang.
Profesi yang Masih Bertahan
Sebaliknya, pekerjaan yang mengandalkan empati dan interaksi manusia—seperti perawat, terapis, guru pendidikan dasar, hingga pemimpin organisasi—diperkirakan lebih sulit tergantikan.
Studi The Lancet (2023) memperkirakan 25 persen tugas administratif medis bisa hilang pada 2035, namun perawatan pasien tetap membutuhkan sentuhan manusia.
Di bidang pendidikan, laporan OECD (2024) menyebut hanya 10 persen tugas mengajar dapat diotomatisasi hingga 2040.
Profesi yang mengandalkan kepemimpinan, kecerdasan emosional, dan kemampuan menginspirasi tim juga dipandang akan tetap berpusat pada manusia.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "AI Akan Gantikan Jutaan Pekerjaan, Profesi Apa yang Paling Rentan?",