TKI Kerinci Dianiaya di Malaysia

Perempuan Asal Kerinci Jambi Disetrika Kepalanya Oleh Majikan di Malaysia, Kondisi Memilukan

Penulis: Herupitra
Editor: asto s
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

KORBAN KEKERASAN - Ida (47), warga Desa Koto Lebuh Tinggi, Kecamatan Siulak, Kabupaten Kerinci, masih terbaring di kasur. Dia menjadi korban penganiayaan majikan saat bekerja di Malaysia. Kini kondisinya memilukan, Senin (4/8/2025).

TRIBUNJAMBI.COM, KERINCI - Ida (47) terbaring lemah di kasur, kondisinya semakin parah. 

Bukan hanya sakit, perempuan asal Desa Koto Lebuh Tinggi, Kecamatan Siulak, Kabupaten Kerinci, yang menjadi korban penganiayaan majikannya di Malaysia itu, kini juga kerap lupa ingatan, Senin (4/8/2025).

"Tidak bisa apa-apa lagi, pakai diapers (popok sekali pakai) di rumah. Lupa ingatan, sesekali dia ingat. Saat ingat, dia cerita perlakuan yang didapatkannya, sampai kita tidak sangup mendengarnya," tutur Cindy, adik Ida.

Nasib memilukan dialami seorang tenaga kerja wanita TKW asal Kabupaten Kerinci, yang bekerja di Penang, Malaysia. 

Niat ingin mengubah nasib di negeri orang, perempuan berusia 47 tahun dengan nama sapaan Ida itu justru mengalami perlakuan kasar dari majikan tempatnya bekerja hingga sakit-sakitan. TKW dianiaya

Kini, ibu dua anak yang telah menjanda itu hanya bisa terbaring di tempat tidur. 

Dia membutuhkan bantuan dari pemerintah atas apa yang telah dialaminya. 

Kisah berawal saat ibu dua anak tersebut berangkat ke negeri jiran pada 2023 lalu. 

Ida berlayar tanpa melalui jalur tenaga kerja Indonesia (TKI) resmi. 

Dia berangkat sendiri melalui jalur darat. 

Sesampai di Malaysia, Ida yang merupakan tulang punggung keluarga, bekerja sebagai pembantu rumah tangga di sebuah keluarga di Penang. 

Tak berapa lama bekerja untuk majikan pertama, Ida berganti tempat kerja dan majikan.

Bekerja untuk majikan kedua, awalnya lancar-lancar saja. 

Setiap satu bulan sekali, dia bisa berkomunikasi dengan anak-anaknya di Kerinci via telepon. 

"Awalnya lancar setiap dua bulan sekali, selalu kirim uang untuk anak-anaknya," ujar Cindy adik Ida.

Kabar Mengejutkan

Namun, kabar mengejutkan pada April 2025. Cindy mendapat telepon dari pihak agen yang menyampaikan bahwa kakaknya dalam keadaan sakit. 

Tapi, anehnya, dia tidak diperkenankan untuk berbicara dengan kakaknya tersebut. 

"Kami panik, kami tidak diperbolehkan VC (video call) untuk mengetahui keadaannya," ungkapnya. 

Prihatin dengan kondisi kakaknya, Ida dan pihak keluarga berembuk. 

Akhirnya, Cindy pun diutus berangkat ke Malaysia untuk menjemput kakaknya itu. 

Sesampai di Malaysia, Cindy langsung menemui kakaknya yang sedang terbaring di rumah sakit di Penang. 

Di sana, dia hanya disambut pengacara majikan tempat kakaknya bekerja. 

"Pertama kali melihat, saya sampai tidak mengenali wajah kakak saya. Kondisinya memprihatinkan. Tangan penuh luka, di kepala juga ada bekas disetrika, macam-macamlah," tutur Cindy menceritakan saat menjemput kakaknya itu. 

Kakaknya terbaring di kasur rumah sakit, diduga karena mendapat kekerasan dari majikannya. 

Sebab, saat Cindy menghampiri, kakaknya yang terbaring langsung meneteskan air mata.

"Di telinganya, saya katakan, kakak bangun, ya, kita pulang ke Indonesia. Saat itu kakak saya hanya menyebutkan, ya Allah, tolong, tolong, takut, takut," ujar Cindy menirukan kalimat dari kakaknya. 

Kini, kakaknya telah sampai ke kampung halamannya di Desa Koto Lebuh Tinggi, Siulak, Kerinci, Provinsi Jambi. 

Namun, kondisi Ida masih terbaring di kasur, bahkan semakin parah. 

Bukan hanya sakit, kini Ida juga sering lupa ingatan. 

"Tidak bisa apa apa lagi, pakai diapers (popok sekali pakai) di rumah. Lupa ingatan, sesekali dia ingat. Saat ingat, dia cerita perlakuan yang didapatkannya, sampai kita tidak sangup mendengarnya," kata Cindy. (tribun jambi / herupitra) 

Baca juga: Gegara Bagasi Herman Teriak Bom di Pesawat, Kini Jadi Tersangka dan di Blacklist Maskapai

Baca juga: Oknum ASN Jambi yang Lecehkan Siswa SMP Dihukum 6 Tahun Penjara, Ibu Korban: Setimpal

Berita Terkini