"Serajin apapun ibadah salatmu, belum tentu amalmu diterima oleh Allah, tapi kalau kamu tulus membantu masyarakat." Mungkin itu jalan Tuhan mempertimbangkan kita mendapatkan ridha Allah. Bismillah, maju, dan terpilihlah jadi kades pada tahun 2007.
Tribun: Setelah jadi kades, kemudian menjadi anggota DPRD. Bagaimana prosesnya?
Hurmin: Pada tahun 2009, desakan masyarakat kembali membawa saya ke ranah politik yang lebih tinggi, DPRD Sarolangun.
Saya pun mundur dari jabatan kepala desa. Waktu itu belum ada anggota dewan dari desa.
Saya putuskan maju nyaalon anggota DPRD Kabupaten Sarolangun periode 2009-2014.
Awalnya mau masuk ke partai PBR, waktu itu dijanjikan untuk mendapatkan nomor urut pertama, namun tidak ditepati. Datanglah partai PPP, menawarkan di nomor urut satu, karena pileg waktu itu berdasarkan nomor urut.
Setelah daftar ke KPU, keputusan MK berubah bahwa hasil pileg jadi suara terbanyak bukan lagi nomor urut. Namun kita sudah terlanjur bergabung ke PPP. Dengan bismillah, sampai saat ini masih di PPP.
Tribun: Sebelum menjadi Bupati Sarolangun, sebelumnya terpilih menjadi dewan Provinsi Jambi, ya?
Hurmin: Inilah hikmahnya. Mulai periode 2009-2014, tiga periode di DPRD Sarolangun, hingga 2024 maju ke DPRD Provinsi Jambi dan terpilih. Lalu mundur karena maju nyalon kepala daerah di Sarolangun, pun dari PPP.
Tribun: Tiga priode di legislatif dan kembali ke Sarolangun menempati jabatan eksekutif, apa perbedaan keduanya?
Hurmin: Sebagai Bupati, tanggung jawab terasa jauh lebih besar dan padat, dengan jadwal yang sering kali mendadak.
Namun, pengalaman tiga periode di DPRD Sarolangun memberikan pemahaman mendalam tentang seluk-beluk dan permasalahan utama di Sarolangun.
Yang jelas, kita sebagai Bupati, memang beban dan tanggung jawab ada di pundak kita semua.
Tribun: Masalah apa yang menjadi sorotan di Sarolangun, dan apa program ke depannya?
Hurmin: Yang jelas masalah Sarolangun ini, pertama infrastruktur jalan, pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, pendidikan, dan administrasi kependudukan.