China dan Iran dikenal sebagai sekutu strategis yang sama-sama menolak dominasi global Amerika Serikat.
Iran adalah pemasok energi utama bagi Beijing, dengan volume ekspor minyak mencapai dua juta barel per hari.
“Jika rezim Iran runtuh, akan menimbulkan ketidakstabilan besar di Timur Tengah yang sangat merugikan kepentingan energi dan ekonomi China,” jelas Ghiselli.
Meski spekulasi kuat mengarah pada bantuan militer, para pengamat menilai China sangat berhati-hati untuk tidak terlibat langsung dalam konflik.
Beijing tengah menghadapi perang dagang dengan AS.
Keterlibatan militer terbuka ke Iran bisa memicu eskalasi global, bahkan menarik AS masuk lebih dalam ke konflik.
“Jika China terlihat kirim perangkat militer ke Iran, upaya stabilisasi hubungan dengan AS bisa hancur,” kata Ghiselli.
Namun, peneliti dari Institut Studi Keamanan Nasional Israel, Tuvia Gering, mengingatkan bahwa kemungkinan China mengirim dukungan militer secara diam-diam tidak bisa diabaikan.
“Tanpa inspeksi independen, tidak mungkin tahu isi kargo. Tapi ini harus dipantau ketat,” tegasnya.
Disamarkan Sebagai Barang Sipil?
Sebelumnya, China pernah kedapatan mengirim ribuan ton komponen rudal balistik ke Iran.
Dalam kasus lain, mereka menyamarkan komponen drone sebagai suku cadang turbin angin.
Investigasi The Telegraph juga mengungkap pengiriman drone senilai 1 miliar dolar AS ke Libya, yang disembunyikan melalui jaringan perusahaan cangkang di Inggris, Tunisia, dan Mesir.
Dalam kasus terbaru ini, pesawat yang terbang dari China ke kawasan perbatasan Iran–Turkmenistan tampak mengarah ke Luksemburg.
Namun operator pesawat, Cargolux, menegaskan bahwa rute mereka tidak melintasi wilayah udara Iran, tanpa memberikan rincian isi kargo.