Besoknya, Si-eun menjenguk Su-ho di rumah sakit dan bercerita tentang sulitnya tidur, tentang Jun-tae, dan bahwa ia sebenarnya lebih pengecut dari Jun-tae.
Di sekolah, Si-eun melihat Jun-tae disiksa oleh geng Hyo-man di tangga.
Ia sempat membayangkan melawan mereka, tapi akhirnya hanya lewat begitu saja.
Saat makan siang, Jun-tae mendekati Si-eun dan memberikan camilan karena tahu Si-eun selalu tidur saat istirahat.
Ia mengakui semua kesalahannya dan bilang ingin berubah, tidak ingin jadi pengecut lagi.
Ia minta Si-eun mengajarinya.
Si-eun lalu menyebut Hukum Ketiga Newton: setiap aksi akan menghasilkan reaksi.
Sepulang sekolah, Jun-tae mencari tahu soal hukum Newton itu.
Ketika geng Hyo-man menelepon untuk minta bayarin minum di bar, Jun-tae tidak menjawab.
Hyo-man malah membayar dan pergi untuk menemui Seong-je, pemimpin geng sekolah lain yang ingin ia gabung.
Seong-je menantangnya mencuri seratus ponsel sebagai syarat masuk geng.
Pagi harinya, Jun-tae datang lebih awal ke sekolah, membongkar lemari tempat ponsel curian disimpan, lalu mengembalikannya ke masing-masing pemilik beserta surat permintaan maaf.
Setelah itu, ia tidur di kelas.
Saat Si-eun datang, ia mendengar murid-murid membicarakan aksi Jun-tae.
Banyak yang kagum, tapi juga khawatir Hyo-man akan marah.
Benar saja, Hyo-man datang ke kelas dan langsung mengamuk.