Renungan Harian Kristen 4 Maret 2025 - Mengampuni Seperti Tuhan Mengampuni
Bacaan ayat: Matius 18:21 (TB) Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?"
Oleh Pdt Feri Nugroho
Pertanyaan yang sama sering diajukan kepada para rohaniwan ketika seseorang sedang bersengketa dan berperkara dengan sesamanya.
Apa motif dibalik pertanyaan tersebut? Apresiasi terbaik adalah niat baik untuk mengampuni.
Niat ini perlu mendapatkan ruang yang cukup untuk terealisasi dalam kenyataan. Namun jika memang niat baik yang muncul, mengapa muncul batas angka didalamnya?
Bisa dibayangkan saat mengampuni, yang terlintas dalam benak ialah beberapa pengalaman buruk yang pernah terjadi.
Kala itu ia telah berhasil mengampuni. Faktanya, kali ini ia harus berhadapan dengan situasi yang serupa.
Terbayang akan hari-hari berikutnya tentang kemungkinan pengulangan yang sama. Akhirnya tiba pada kesimpulan bahwa pengampunan yang ia berikan menjadi sia-sia, diabaikan dan tiada berguna.
Wajar jika hitungan matematika mulai mendominasi.
Angka tiga menjadi umum, menjadi sebuah batasan yang terasa layak untuk dilakukan. Untuk selanjutnya, stop: tidak ada lagi pengampunan!
Dalam hal ini Petrus cukup berani ketika angka tujuh yang ia pilih sebagai batas pengampunan.
Dalam tradisi Alkitab, angka tujuh merujuk pada angka sempurna. Jika berhasil mengampuni sampai tujuh kali, itulah pengampunan yang sempurna.
Merespon hal tersebut, Yesus memberikan jawaban, "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali."
Dari segi tata bahasa, bisa jadi Yesus sedang bermain kata untuk menampilkan bahasa jawaban yang indah. Namun dibalik jawaban tersebut terkandung makna yang sangat dalam tentang mengampuni.
Pertama, jangan pernah membatasi jumlah pengampunan, meskipun kata orang, "Sabar itu ada batasnya."
Kedua, perkalian yang Yesus tampilkan merujuk pada sempurnanya sempurna ketika mengampuni.
Mengampuni itu tindakan totalitas, tanpa harus tersandera oleh masa lalu atau masa depan.
Ketiga, pengampunan itu tentang membebaskan diri dari kebencian dan dendam yang bisa merusak diri sendiri.
Dalam hal ini Yesus yang pernah berkata, "Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu."
Ternyata telah mempraktikkan pengampunan tersebut di atas kayu salib ketika Ia berseru dalam derita, "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat."
Hari ini, kita adalah para murid Yesus, orang-orang percaya, adalah pelaku pengajaran Yesus. Adakah sebuah nama yang belum diampuni?
Jika kita telah mengalami pengampunan dari Tuhan, maka ampunilah! Amin
Renungan Kristen oleh Pdt Feri Nugroho, GKSBS Siloam Palembang