Berita Selebritis

4 Fakta Sidang Cerai Baim Wong dan Paula Verhoeven, Trauma Anak Jadi Bukti Baru

Penulis: Nurlailis
Editor: Nurlailis
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

4 Fakta Sidang Cerai Baim Wong dan Paula Verhoeven

TRIBUNJAMBI.COM – Proses perceraian Baim Wong dan Paula Verhoeven terus menjadi sorotan.

Salah satu isu yang mencuat adalah dugaan trauma yang dialami oleh anak-anak mereka akibat konflik rumah tangga. 

Berikut fakta tentang sidang cerai Paula Verhoeven dan Baim Wong dalam agenda pembuktian.

Baca juga: Paula Verhoeven Mengaku Masih Sulit Bertemu Anak-Anak, Kuasa Hukum Ungkap Kendala

1. Bukti Trauma Anak-anak di Persidangan  

Dalam agenda pembuktian sidang perceraian pada 15 Januari 2025, kuasa hukum Baim Wong, Fachmi Bachmid, memaparkan adanya tambahan bukti terkait dugaan trauma anak-anak.  

"Kita ada penambahan tiga bukti, jadi total ada 82 bukti. Terutama banyak bukti video. Ada 11 saksi fakta, dan kita diminta mendatangkan satu ahli lagi," ujar Fachmi, dikutip dari YouTube Intens Investigasi.  

Video-video yang disertakan sebagai bukti menunjukkan indikasi trauma yang dialami oleh anak-anak Baim dan Paula. 

Selain itu, psikolog anak dan konselor yang telah memberikan terapi kepada anak-anak juga dihadirkan sebagai saksi ahli.  

"Konselor anak ini yang memberikan terapi kepada anak. Tadi ditemukan ada trauma terhadap anak kepada yang tidak bisa saya sebutkan," tambah Fachmi.  

Baca juga: Anak-Anak Baim Wong dan Paula Verhoeven Disebut Alami Trauma, Kuasa Hukum Ungkap Fakta Penting

2. Kuasa Hukum Paula Verhoeven Sebut Trauma Anak Tak Patut Dibeberkan ke Publik

Namun, kuasa hukum Paula Verhoeven, Alvon Kurnia Palma, menegaskan bahwa pembahasan mengenai hal tersebut seharusnya tidak diumbar ke khalayak luas.  

"Ya itu kan kata dia ya, kita juga ada kok (bukti). Lagi pula, kita enggak akan menceritakan itu di luaran karena kita berbeda," ungkap Alvon pada Rabu (15/1/2025), dikutip dari YouTube Intens Investigasi.  

Alvon mengkritisi pengungkapan yang dilakukan pihak Baim Wong mengenai kondisi psikologis anak-anak mereka. 

Menurutnya, memaparkan hal-hal sensitif seperti itu ke publik hanya akan memberikan dampak buruk di masa depan.  

"Kalau memang benar-benar untuk kepentingan anak, hal seperti ini enggak harus ada di luar-luaran. File-file ini nanti akan ada di Google, dan anak-anak bisa mencarinya. Mereka akan bertanya, ada apa sih dengan orang tua mereka," jelas Alvon.  

Halaman
12

Berita Terkini