Yitro, sang mertua, melihat titik lemah ini.
Ia pun mengidekan kepada Musa untuk berbagi kekuasaan dan pengetahuan. Ia diminta membagikan pengetahuannya kepada orang-orang tertentu yang dianggap layak dan cakap serta hidup takut akan Tuhan.
Orang-orang ini akan menjadi pemimpin seribu orang, pemimpin seratus orang, pemimpin lima puluh orang dan pemimpin sepuluh orang.
Dengan demikian umat dapat terpuaskan, Musa tidak menjadi lelah dan penyelesaian setiap kasus menjadi efektif dan efisien. Sebuah ide baik yang disetujui oleh Musa dan dilaksanakan.
Apakah prakteknya semudah idenya? Tentu tidak! Pertama, diperlukan kerendahan hati yang baik.
Dalam hal ini Musa tahu dan paham potensinya, dan memilih untuk membagi kekuasaannya dengan yang lain. Kedua, membutuhkan orang-orang yang mau belajar untuk memimpin.
Orang-orang yang mau terlibat, bukan sekedar memberikan ide dan gagasan, atau kritikan semata; namun mau aktif dalam bertindak. Ketiga, kemauan untuk membangun kerjasama.
Masing-masing sadar dan paham dengan tugas yang akan diemban. Masing-masing paham dengan batasan otoritas yang dipercayakan kepadanya tanpa harus iri hati dengan yang lain.
Ternyata jumlah anggota yang banyak, tidak melulu tentang keberhasilan semata, melainkan sebuah tantangan untuk manajemen yang baik.
Diperlukan orang-orang yang rendah hati; bukan rendah diri!
Hanya dengan kerendahan hati sebuah kerjasama dapat terbangun dengan baik. Selanjutnya, mau untuk terlihat. Muara dari semua itu ialah kemuliaan nama Tuhan. Sudahkah kita menjadi bagian dari kerjasama tersebut? Amin
Renungan Kristen oleh Pdt Feri Nugroho, GKSBS Siloam Palembang