Tidak ada larangan untuk mempergunakan akal budi untuk menata kehidupan.
Bahkan kita perlu paham, bahwa manusia memang diciptakan dengan akal budi sebagai perlengkapan agar dapat melaksanakan mandat untuk mengelola bumi.
Tanpa akal budi, bumi tidak akan bisa dikelola dengan baik!
Musa memberikan teladan baik. Terhadap sungut-sungut yang umat Tuhan lakukan, dia berseru kepada Tuhan. Ia sungguh-sungguh dalam doa untuk meminta petunjuk: apa yang mesti dilakukannya.
Sepotong kayu cukup untuk mengubah air pahit menjadi manis! Dalam hal ini, kayu hanyalah alat untuk menyatakan kuasa-Nya; pilihan untuk berseru dan percaya, itulah yang mengubah yang pahit menajdi manis.
Jujur, bukankah terlalu banyak hal pahit dalam hidup yang membuat kita bersungut-sungut? Kita maknai bersungut-sungut sebagai berbicara tidak jelas, tidak fokus, menerawang tanpa ada ujungnya.
Itu justru membutakan iman kita untuk percaya. Penyebab sungut-sungut biasanya sangat logis dan masuk akal. Ingin rasanya hati untuk memaklumi sebuah sungut-sungut; nyatanya sungut-sungut itu merusak kehidupan!
Dalam hidup yang pahit, pilihlah untuk percaya. Percaya bahwa Tuhan akan mengubah yang pahit menjadi pahit. Yang diperlukan adalah iman yang sungguh-sungguh.
Doa yang sungguh itu seperti payung: tidak selalu hujan berhenti ketika berdoa minta dihentikan, namun orang yang berdoa akan memiliki payung yang membuatnya tidak basah. Ingat, jangan bersungut-sungut! Amin
Renungan Kristen oleh Pdt Feri Nugroho, GKSBS Siloam Palembang