TRIBUNJAMBI.COM - Penanganan kasus anak melakukan penikaman ayah kandung dan nenek di Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan pada Sabtu (30/11/2024) perlu menelaah lima poin penting. Poin tersebut disampaikan Psikolog forensik Reza Indragiri.
Dia menjelaskan terkait perbedaan penanganan pelaku pidana yang berusia dewasa dengan anak-anak.
“Memang kita harus berbeda ya dalam cara pandang dan penyikapan ketika berhadapan dengan pelaku dewasa dan pelaku yang masih anak-anak,” jelasnya, Minggu (1/12/2024) dilansir daru KompasTv.
Reza Indragiri menjelaskan, pelaku yang sudah dewasa tidak perlu menelaah terlalu dalam mengenai penyebab pelaku melakukan tindak pidana atau kejahatan.
Hal itu karena pertanggungjawaban pidana sepenuhnya dibebankan pada diri yang bersangkutan.
Namun berbeda dengan saat berbicara tentang pelaku yang masih berusia anak-anak.
“Paling tidak ada lima sistem atau lima lingkungan yang perlu ditelaah. Secara lebih spesifik, saya pribadi ketika memeriksa anak yang melakukan pidana, saya akan mengecek tentang lima hal,” tuturnya.
Pertama, kata dia, ia akan mencari tahu kemungkinan anak tersebut memiliki kondisi mental yang khusus sifatnya, sekaligus adakah kemungkinan bahwa yang bersangkutan menyalahgunakan zat-zat terlarang, baik itu narkotika, psikotropika, maupun zat adiktif lainnya.
Baca juga: SADIS, Anak di Lebak Bulus Tega Tikam Ayah dan Nenek, Polisi Periksa 5 Saksi, Kok Bisa? Kronologi?
Baca juga: Tukang Ojek di Papua Kembali Jadi Korban, Kali Ini Tewas Usai di Aniaya OTK
“Kedua, saya juga akan mencari tahu tentang fantasi-fantasai kekerasan yang ada pada dia.”
“Bicara tentang fantasi kekerasan, berarti relevan bagi kita untuk mencoba mengidentifikasi apa saja yang dia baca, situs apa saja yang dia kunjungi, film seperti apa saja yang dia saksikan, mimpi-mimpinya seperti apa,” imbuhnya.
Menurut Reza, itu akan membantu memahami tentang bagaimana anak ini mengekspresikan atau membangun fantasi-fantasi tentang kekerasan.
Ketiga, ia akan menganalisa pola pengekspresian amarah anak tersebut, serta bagaimana cara dia mengekspresikan amarah, apakah berbeda dengan anak-anak lain.
“Keempat, saya akan mengecek stabilitas dia di lingkungan pendidikan, apakah dia bermasalah dengan pelajaran di sekolah, apakah dia pernah di-DO, pernah tidak naik kelas, mengalami kesulitan belajar, dan sebagainya.”
“Kelima, saya akan mencari tahu tentang relasi sosialnya, baik dengan teman sebaya, teman sekolah, tetangga, ataupun juga relasi dengan keluarga termasuk dengan orang tuanya,” jelasnya.
Penelaahan terhadap kelima hal itu tadi, diharapkan dapat menyimpulkan faktor yang paling dominan yang melatar belakangi perilaku nakal atau jahat dalam anak tersebut.