TRIBUNJAMBI.COM, MUARATEBO - Wakil Ketua I DPRD Kabupaten Tebo, Aivandri AB, mengungkapkan selama ini pihaknya belum menerima usul pembangunan dari pihak sekolah.
Dia belum mengetahui bahwa ada 60 siswa SDN 167 Kelas Jauh Sungai Manggatal, Desa Suo-suo, Kecamatan Sumay, harus bergantian menggunakan kelas.
Pasalnya, hanya ada tiga ruang kelas dari papan kayu di sekolah itu.
Aivandri mengatakan meski sekolah itu terletak di kawasan perhutanan sosial milik Koperasi Bungo Pandan, dapat dibangun menggunakan APBD kabupaten.
"Jadi pihak sekolah berkoordinasi dengan Koperasi Bungo Pandan untuk mengajukan lokasi sekolah itu di rencana kerja perhutanan sosial (RKPS), jadi bisa dianggarkan oleh pemda. Sama seperti di daerah saya ini banyak juga lokasi di kawasan perhutanan sosial," katanya, Minggu (15/10).
Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu pun menyampaikan siap untuk membantu sekolah tersebut, hingga mendapat anggaran dari Pemkab Tebo.
"Ya pasti siaplah," ujarnya.
Sebelumnya diberitakan, 60 siswa harus bergantian menggunakan tiga ruang kelas dari papan yang ada di sekolah.
Dengan kondisi serba terbatas seperti itu, siswa SDN 167 Kelas Jauh Sungai Manggatal, belajar.
Bangunan yang berdiri di atas tanah hibah dari masyarakat, itu sangat sederhana.
Hanya ada tiga ruang kelas kecil berdinding papan, berlantai tanah dan beratap seng.
Sementara untuk pengajar, ada tiga orang guru.
Silfi Nurastuti, guru sekolah, menuturkan proses belajar mengajar dilakukan secara bergantian lantaran keterbatasan ruangan dan pengajar.
"Siswa kelas 1-3 lebih dulu masuk, yaitu dari pukul 08.00-10.00 WIB. Kemudian dilanjutkan kelas 4-6 hingga pukul 13.00 WIB," ujarnya, Sabtu (14/10).
Silfi mengatakan untuk operasional sekolah, dana bersumber dari swadaya masyarakat. Setiap bulan, orang tua siswa mengiur Rp50 ribu, atas kesepakatan bersama.