TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) menimbulkan dampak yang buruk bagi masyarakat Provinsi Jambi.
Satu diantarnya serangan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), kemudian peserta didik disatuan pendidikan harus melaksanakan kegiatan belajar mengajar di rumah akibat kualitas udara yang menurun.
Gubernur Jambi Al Haris mengungkapkan bahwa perbandingan areal terbakar empat tahun lalu sebetulnya jauh menurun hingga mencapai 0,64 persen.
Pada 2019 lalu setidaknya seluas 160.000 hektare lahan terbakar. Tahun ini, dalam lima bulan musim kemarau baru 1.025 hektare lahan terbakar.
“Kalau kita merefleksikan ke belakang bahwa jumlah yang terbakar saat ini jauh menurunnya. Itu artinya saat ini tim bekerja dengan baik,” katanya pada Kamis (5/10/2023).
TNI, Polri dan semua instansi terkait serta masyarakat hingga saat ini kerja bersama-sama. Bahkan mitigasi dan pelaksanaan tugas sudah sangat baik, mampu mereduksi dan mencegah timbulnya bencana karhutla.
“Saya akui bahwa untuk perusahaan atau korporasi tidak ada yang terbakar hingga hari ini. Lahan yang terbakar 1 dan 2 hektare itu lahan masyarakat. Dan ini ada yang sengaja dan ada yang tidak sengaja,” ujarnya.
Saat itu (red_2019) yang terbanyak adalah dari perusahaan.
“Hari ini sudah tidak ada lagi hanya lahan warga, itu pun Pak Kapolda sudah melakukan tindakan hukum kepada mereka yang sengaja dengan terang-terangan sengaja membakar, ini juga diberikan sanksi kepada mereka,” pungkasnya.
Simak berita terbaru Tribunjambi.com di Google News
Baca juga: Sinopsis Takdir Cinta Yang Kupilih 5 Oktober 2023, Jeffri Minta Maaf Pada Pak Arjuna
Baca juga: Kunci Jawaban IPS Kelas 8 Halaman 63, Potensi Sumber Daya Alam
Baca juga: Terjerat Kasus Korupsi, Mentan Syahrul Yasin Limpo Ngaku Akan Hadapi Proses Hukum