TRIBUNJAMBi.COM – India mengeluarkan peringatan kesehatan di distrik Kozhikode setelah dua kematian akibat infeksi virus Nipah.
Munculnya Virus Nipah membuat kekhawatiran dunia.
Menurut badan Kesehatan Dunia (WHO), virus tersebut berasal dari kelelawar buah yang ditularkan ke babi saat terjadi penebangan hutan secara besar-besaran.
Kondisi tersebut menyebabkan populasi kelelawar berpindah mendekati area peternakan.
Lantas, seberapa berbahayakah virus Nipah ini?
Ahli kesehatan masyarakat sekaligus epidemiolog Dicky Budiman pun beri penjelasan.
Baca juga: Cegah Virus ASF, Dinas Perkebunan dan Peternakan Batanghari Ambil Sampel Darah Babi
Baca juga: Sapi Bali Terinfeksi Virus Jembrana, Disnakbun Gencar Lakukan Vaksinasi
Virus Nipah nyatanya cukup berbahaya karena angka kematiannya cukup tinggi, yaitu 70-80 kali lebih mematikan dari Covid-19.
"Nipah virus ini 70-80 kali lebih mematikan dari pada SARS-Cov-2. Artinya, kematian bisa tinggi atau banyak," kata Dicky pada Tribunnews, Minggu (17/9/2023).
Selain itu kata Dicky, angka kematian virus Nipah mencapai 75 persen.
"Untuk diketahui Nipah virus ini kematiannya bisa 75 persen. Artinya dari empat orang, tiga bisa meninggal," jelasnya.
Selain itu, Dicky menjadikan jika virus Nipah masuk dalam daftar serius dan bisa menjadi wabah global.
"Jadi virus Nipah, punya potensi menyebabkan wabah. Bahkan epidemi dan pandemi," kata Dicky menambahkan.
Potensi ini ada karena belum ada obat khusus dari infeksi virus Nipah.
Selain itu juga belum ada vaksin sehingga sulit untuk dikendalikan.
Namun memang, potensi untuk menyebar secara masif saat ini masih jauh.