Renungan Harian Kristen 23 Juni 2023 - Cerdas dalam Menemukan Kehendak Allah
Bacaan ayat: 1 Tawarikh 11:3 (TB) Maka datanglah semua tua-tua Israel menghadap raja di Hebron, lalu Daud mengadakan perjanjian dengan mereka di Hebron di hadapan TUHAN, kemudian mereka mengurapi Daud menjadi raja atas Israel, seperti yang difirmankan TUHAN dengan perantaraan Samuel.
Oleh Pdt Feri Nugroho
Menyaksikan pergumulan yang begitu berat pada sahabatnya, seseorang memberikan komentar klasik, "Sebenarnya kehendak Tuhan itu yang mana? Ia sudah berjuang menjadi benar setelah sekian lama hidup dalam dosa. Namun faktanya, kembali jatuh dalam dosa. Hari ini ia kembali harus berjuang untuk menemukan masa depan dalam kesendirian. Bukankah seharusnya pergumulan tersebut tidak perlu terjadi. Cukuplah jika ia sadar dan hidup dalam kebenaran."
Disebut klasik, karena komentar inilah yang paling umum terjadi.
Banyak orang berfikir bahwa kehendak Tuhan itu seperti barang jadi yang sudah dicetak sedemikian rupa, sehingga manusia cukup mengambil salah satu dan menjalaninya.
Atau seperti kitab hukum undang-undang yang sudah ditata kalimatnya sehingga tinggal menjalani saja apa yang harus dilakukan.
Seakan sudah tersalin sedemikian rupa kisah hidup setiap manusia dan setiap orang tinggal menjalaninya.
Coba baca Alkitab; bukankah isinya adalah sebuah kisah kehidupan seseorang?
Ini sebuah fakta yang perlu dicermati bahwa kehendak Tuhan itu hadir dan dinyatakan dalam pengalaman hidup.
Kehendak Tuhan tersebut terjadi dalam sebuah relasi, dimana manusia bertanggung jawab dan terlibat secara aktif untuk merespon, memilih dan berkarya dalam setiap peristiwa.
Saul telah dipilih langsung oleh Tuhan. Cara pemilihannyapun tergolong ajaib.
Dalam otoritas-Nya, Allah melalui Samuel untuk menemukan, memilih dan mengurapi Saul menjadi raja atas Israel.
Apakah hasilnya? Saul dalam hidupnya berlaku tidak benar di hadapan Tuhan.
Tuhan menolak Saul dan memilih penggantinya. Pilihan jatuh kepada Daud.
Ada fakta yang mengganggu! Jika itu pilihan Tuhan, mengapa harus mengalami kegagalan?
Seakan berulang ketika Yesus memilih 12 murid, mengapa Yudas Iskariot gagal menjadi murid sampai akhir?
Sekali lagi, bahwa kehendak Allah itu bukan barang jadi. Kehendak Allah itu hadir dalam sebuah relasi.
Selain peristiwa Saul dan Yudas Iskariot, berbeda dengan Niniwe, yang batal dihancurkan ketika bertobat.
Ada sebuah tanggung jawab dalam setiap orang untuk merespon kehendak Tuhan yang dinyatakan.
Respon inilah yang menentukan peristiwa berikutnya. Kadang seseorang jatuh bangun untuk menemukan kehendak Tuhan. Untuk itu perlu kepekaan iman agar hidup seturut dengan kehendak-Nya.
Tidak masalah pergumulan terburuk pernah dialami pada masa silam, yang menjadi penting adalah pilihan hari ini: apakah mau tetap tinggal di masa silam dengan meratap dan merana, atau memaknainya dengan kaca mata yang baru.
Terkadang seorang yang peka langsung dapat paham kehendak Tuhan, sesaat setelah sebuah peristiwa terjadi.
Beberapa yang lain masih memerlukan waktu, bisa dalam hitungan bulan bahkan tahun.
Cara paling sederhana untuk menemukan kehendak-Nya dengan melihat segala perkara dalam kaca mata yang baru sebagai orang-orang yang sudah diselamatkan.
Melepaskan diri dari ego dan penilaian berdasarkan diri sendiri dan mulai berfikir besar, memikirkan apa yang mungkin Allah kehendaki melalui peristiwa tersebut.
Roh Kudus akan menolong untuk mencerahkan. Amin
Renungan Kristen oleh Pdt Feri Nugroho, GKSBS Palembang Siloam