Ia melakukan banyak mujizat bukan dalam rangka demontrasi kekuasaan atau pembuktian.
Ia bermujizat sebagai tanda bahwa Ia mengasihi. Penolakan tidak membuat-Nya undur.
Ia tetap mewartakan kabar baik meskipun berhadapan dengan ancaman dan intimidasi.
Ia tahu kapan harus berbicara lantang, dan kapan waktunya untuk diam; meskipun konsekuensinya Ia dinilai lemah dan tidak berdaya.
Bahkan ketika tergantung di kayu salib, bukan kutukan yang keluar dari mulut-Nya, melainkan pengampunan kepada mereka yang telah menyalibkan Dia. Inilah cara hidup Kristus!
Jika hari ini kita masih menyatakan diri sebagai orang Kristen, mari konsisten dengan sebutan tersebut: menjadi pengikut Kristus!
Merayakan Natal beberapa waktu yang lalu, bukan semata-mata seremonial semata, namun menjadi pengingat bahwa kita adalah para pengikut Kristus.
Ada baiknya memasuki tahun baru dapat kita jadikan sebagai kesempatan untuk menata ulang kehidupan agar semakin dewasa dalam segala hal.
Tidak ada kompromi dengan kehidupan lama yang penuh dengan kejahatan dan ketidakbenaran.
Hiduplah sebagaimana Kristus telah hidup! Amin
Renungan harian oleh Pdt Feri Nugroho, GKSBS Palembang Siloam