Ia hanya berani menjual sepatu dengan hanya memposting melalui Instagram dan Facebook tanpa melakukan live.
"Awal-awalnya saya juga suka koleksi sepatu dan beli sepatu second, karena udah kebanyakan, sempat dimarahi istri juga karena banyak sepatu. Karena ada
niat mau jualan dan lihat ada peluang jualan, ya jadi saya jual sepatu saya yang udah banyak dan beli lagi sepatu dengan jumlah yang banyak untuk jualan," kata Ruslan.
Seiring berjalannya waktu, Ruslan menambahkan jumlah stok koleksi dagangannya dengan modal terbatas.
Dari berbagai distributor sepatu, bahkan seluruh distributor dari Medan, Palembang, dan kepulauan Riau telah ia coba hingga ia mendapatkan distributor yang pas yang ia pesan via telepon.
Penjualan sepatu mulai dikenal, lima empat bulan belakangan, mencari penonton live yang ingin membeli sepatu bukanlah hal yang mudah.
Sebab harus ramah dalam melakukan live, seperti berjualan obat.
"Live ini harus banyak omong biar penonton live terhibur dan mau membeli sepatu second dagangan saya," kata Ruslan berbincang dengan Tribun Jambi.
Dia mengatakan, setiap pulang bertugas dinas sebagai polisi lalulintas di Polres Sarolangun, ia pulang ke rumah.
Setelah itu, ia bersiap menyiapkan sepatu yang bakal ia pamerkan kepada para penonton setianya live Facebook miliknya.
"Saya live jualan, setelah pulang pulang dari bertugas. Pulang jam 16:00 dan istirahat bentar langsung saya live sampai sebelum Magrib. Habis Magrib, saya live lagi sampai jam 9 malam, biasa live dua jam. Kalau hari libur live jualan bisa sampai tiga kali,
dari jam 10: 00 WIB sampai siang, sore di sambung, malam lanjut lagi," ungkapnya.
Di saat, live sedang ramai-ramainya pembelian sepatu melalui live dalam satu hari bisa mencapai Rp 2 juta.
Namun dikala sepi, tidak ada sekali pembeli yang membeli sepatu second dagangannya.
Para pembeli sepatu second dagangan Ruslan lebih mendominasi dari luar Provinsi Jambi, karena para penonton live cenderung dari berbagai daerah di Indonesia.
"Keuntungan cukuplah untuk menutupi kebutuhan dapur rumah tangga, hasil tak menentu," katanya.
"Pembeli dari berbagai daerah, dari seluruh pulau di Indonesia pernah beli, Papua, Kalimantan, Sulawesi, Jawa, Nusa tenggara, sampai Aceh pernah. Kalau paling banyak yang beli daerah timur Indonesia," sambungnya.