Karhutla di Sarolangun

Wabup Hilalatil Badri Ungkap Penanganan Karhutla di Masa Pandemi Bikin Kewalahan

Penulis: Rifani Halim
Editor: Nani Rachmaini
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kebakaran hutan di Sarolangun beberapa waktu lalu.

TRIBUNJAMBI.COM, SAROLANGUN - Wakil Bupati Sarolangun Hillalatil Badri menilai penanganan kebakaran hutan dan lahan pada massa Covid-19 saat ini menjadi kewalahan.

Hal tersebut dikarenakan, bencana wabah penyakit dan karhutla terjadi secara berbarengan. Untuk itu dia meminta kerja sama antara pemerintah dan masyarakat bersinergi dalam pandemi dan karhutla yang kerap terjadi belakangan ini.

"Masyarakat lahan yang seharusnya tidak dibakar jangan dibakar, begitupula dengan prokes saat ini," katanya, Senin (2/8/2021).

Ia menambahkan, bahwa Forkompinda Sarolangun beberapa waktu lalu telah melakukan rapat koordinasi menentukan Sarolangun saat ini sudah masuk dalam siaga karhutla.

"Persoalan karhutla dari tahun ke tahun selalu kita hadapi, Struktural sudah baku," katanya.

Di samping mengawasi terhadap adanya Covid-19 yang mewabah, karhutla tidak bisa diabaikan. Untuk itu dia meminta masyarakat agar bersama menangani dua hal tersebut yakni pandemi Covid-19 dan karhutla agar tidak bertambah luas lagi.

Menurut data karhutla yang di himpun di Manggala Agni XIII Sarolangun, kecamatan Pelawan desa pematang Kulim, setidaknya ada tujuh hektar lahan terbakar di kawasan tersebut.

Sebelumnya, Kecamatan Sarolangun, tepat di Desa Bernai Luar dengan luasan lahan yang terbakar lebih kurang 0,2 hektar.

Lanjutnya, Kelurahan Aur Gading 2,7 hektar di empat lokasi berbeda dan Desa Ujung Tanjung dua lokasi dengan total luas 4 hektar.

"Kecamatan CNG, dusun slembau Desa Lubuk Resam 0,4 hektar dan Kecamatan Bathin Vlll Desa Teluk Mancur 3 hektar di dua lokasi," ungkapnya beberapa waktu lalu.

Berita Terkini