Manusia mengonsumsi makanan dalam tiga tingkatan klasifikasi.
Pertama, tingkatan hajat atau makan makanan yang dibutuhkan yaitu beberapa suap makanan sekadar untuk bisa menegakkan tulang punggung.
Kedua, tingkatan kifayah atau ukuran kecukupan, yaitu makan makanan yang mengisi sepertiga perut, sepertiga perut berikutnya untuk minuman dan sepertiga perut lagi untuk pernafasan.
Ketiga, tingkatan fudlah atau makan yang kelewat batas atau berlebih-lebihan, yaitu makan makanan yang mengisi perut lebih dari sepertiganya.
Makanan dan minuman yang dikonsumsi setiap saat, tempat penyimpanannya adalah di lambung, sedangkan lambung ada di dalam perut. Pernafasan berpusat pada paru-paru di dalam bagian dada.
Rongga perut dan rongga dada letaknya bersusun, sedangkan di antara rongga-rongga perut itu ada sekat, dan sekat ini berbentuk jaringan pengikat dan otot.
Maka jika perut terisi penuh, sekat tersebut akan terdesak ke atas sehingga mempersempit ruang gerak paru-paru akibatnya pasti menggangu kelancaran system pernafasan. Di lain sisi, lambung yang penuh akan menimbulkan gangguan pada sistem pencernaan karena lambung merupakan bagian dari organ pencernaan, akibatnya perut jadi sakit, badan terasa berat dan dapat merusak jantung.
Ada ungkapan yang menyebutkan bahwa lambung yang terus menerus diisi makanan yang tidak terkendali akan sakit dan akan menjadi sarang penyakit.
Jika lambung yang menjadi organ vital pencernaan ini sakit, organ tubuh yang lain akan menjadi sakit pula. Ada hubungan yang erat antara fungsi perut dan fungsi seluruh tubuh sehingga tidak ada penderitaan sesuatu alat tubuh atau gangguan atas susunannya kecuali perut terbawa-bawa olehnya.
Tentang lambung atau perut ini, Rasulullah mengungkapkan dalam sabdanya.
“Lambung (perut) adalah kolam tubuh, urat-urat seluruhnya bermuara kepadanya. Karena itu jika lambung (perut) sehat maka urat-urat akan tumbuh sehat, dan jika lambung (perut) sakit, maka urat-urat akan tumbuh sakit,” (HR. Thabrani).
Atas dasar ini, perlu adanya suatu usaha pengendalian diri dari mengonsumsi makanan dan minuman secara berlebihan dan melampaui batas dengan diet atau menahan atau dalam bahasa Agama disebut puasa.
Seorang dokter Arab terkenal pada masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bernama Al-Haris Bin Kaldah pernah ditanya oleh seseorang tentang, apakah esensi obat ? dia menjawab dengan jawaban lugas, singkat, padat dan berisi, yang jawabannya ini telah dijadikan sebagai dasar ilmu kedokteran hingga saat ini, “melakukan diet dengan tepat karena lambung akan menjadi rumah penyakit dan diet atau berpantang/puasa adalah pangkal segala obat.”
Hal ini sejalan dengan Firman Allah dalam Al-Quran Surat Al-A’raf Ayat 31 yang artinya, “Makan dan minumlah dan jangan berlebih-lebihan, sesungguhnya Dia (Allah) tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (bersambung)