TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Sejumlah masyarakat sampaikan keresahan terkait fenomena perang sarung, yang berlangsung setiap bulan Ramadhan tiba.
Kegiatan perang sarung sendiri merupakan aksi sekelompok anak-anak remaja yang saling serang menggunakan satu sarung, yang ujungnya diikat sehingga membentuk satu bulatan besar.
Kemudian, para remaja ini terbagi dalam dua blok, maju secara bersamaan dan melayangkan sarung untuk saling serang.
Aktifitas mereka nyaris serupa dengan aksi tawuran, dimana dua kelompok terlibat aksi saling serang dan kejar-kejaran.
Sejumlah aksi serang perang sarung tersebut juga viral di media sosial Instagram.
Satu dari sekian kawasan yang sering terjadi aksi perang sarung yakni di Kawasan Jalan Sultan Thaha, Beringing, Pasar Jambi, tepatnya di depan Masjid Agung Al-Falah.
Dari pengakuan Topik, petugas kemananan Masjid Al-Falah, para remaja tersebut mulai berkumpul sekira pukul 21.00, beberapa saat setelah salat tarawih.
"Mereka biasa selesai tarawih, sudah ngumpul bang, dan masih remaja sepertinya," kata Topik, saat ditemui di lokasi, Kamis (22/4/2021) sore.
Ia mengaku resah dengan kegiatan tersebut, pasalnya, jika para remaja memasuki kawasan masjid, dapat mengganggu jamaah yang sedang salat.
"Kalau di dalam masjid, pasti kami larang, tapi kalau di luar kami juga tidak ada hak," bilangnya.
Selain itu, ia khawatir, aksi perang sarung tersebut menimbulkan selisih paham hingga masalah yang lebih besar lagi.
"Misal kalau ada yang luka, lapor orangtua, kalau orangtua tidak terima, bisa bentrok antar kampung," terangnya.
Ia berharap, orangtua, Ketua RT hingga pihak Kepolisian turun untuk menertibkan kegiatan tersebut.
Sementara itu, dari keterangan Ketua RT 10, Beringin, Pasar Jambi, Syafrizal menjelaskan, pihaknya telah memanggil seluruh Ketua-ketua RT di kawasan tersebut, serta mengumpulkan pemuda setempat beserta orangtuanya.
Mereka telah diimbau agar tidak lagi melakukan kegiatan tersebut.