TRIBUNJAMBI.COM - Dalam Kisruh partai Demokrat, Keempat mantan prajurit, SBY, AHY, Moeldoko memiliki peran masing-masing di kisruh Partai Demokrat, kecuali Gatot Nurmantyo yang mengaku menolak tawaran kudeta AHY.
Berikut 3 Faktanya:
Baca juga: Ke Kabupaten Merangin, Pinto Jayanegara Jemput Aspirasi Masyarakat
Baca juga: VIDEO Posyandu Saat Pandemi, Warga Diharapkan Bawa Sarung Sendiri untuk Timbangan Balita
Baca juga: NIA RAMADHANI Drop Lagi! Napasnya Tersengal-sengal Naiki Tangga, Padahal Baru Pulang Berobat dari AS
1. SBY Mohon Ampun ke Tuhan
Presiden Keenam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengingat memori beberapa tahun lalu saat dirinya melantik Moeldoko menjadi KSAD dan Panglima TNI.
Hal ini disampaiklan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat itu setelah Moeldoko terpilih sebagai Ketum Partai Demokrat hasil KLB Deliserdang.
Moeldoko mengkudeta anak SBY, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Ia lantas menyampaikan mohon ampun kepada Tuhan di hadapan foto almarhum Sang Ibunda dan Istrinya.
"Rasa malu dan rasa bersalah saya, yang dulu beberapa kali memberikan kepercayaan dan jabatan kepadanya. Saya memohon ampun ke hadirat Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa atas kesalahan saya itu," ujar SBY dalam konfrensi pers yang digelar di kediaman pribadinya, Puri Cikeas, Bogor, Jumat (5/3/2021).
Menurut SBY, banyak pihak merasa tidak percaya bahwa Moeldoko bersekongkol dengan orang dalam Partai Demokrat dan tega melakukan kudeta.
"Sebuah perebutan kepemimpinan yang tidak terpuji jauh dari sikap kesatria dan nilai-nilai moral. Dan hanya mendatangkan rasa malu, bagi perwira dan prajurit yang pernah bertugas di jajaran TNI," ujar SBY.
Sebelumnya Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengatakan, motif Moeldoko dalam merebut kepemimpinan partai tidak berubah.
"Memang sejak awal motif dan keterlibatan KSP Moeldoko tidak berubah," ucap AHY di kantor DPP Partai Demokrat, Jalan Proklamasi 41, Jakarta Pusat.
"Yaitu ingin mengambil alih kepemimpinan Partai Demokrat yang sah, menggunakan cara-cara inkonstitusional, serta jauh dari moral dan etika politik," imbuhnya.
Adapun keputusan Moeldoko sebagai Ketua Umum Demokrat periode 2021-2026 dibacakan oleh Jhoni Allen Marbun.
Pernyataan tersebut diiringi riuh para peserta KLB. Terlihat para peserta menyetujui dan meneriakkan kata setuju dengan hasil putusan tersebut.
Jhoni mengungkapkan ada dua nama yang menjadi calon Ketum Partai Demokrat, yakni Moeldoko dan Marzuki Alie.
Namun, Marzuki memutuskan untuk mengundurkan diri.
Kendati demikian, mantan Ketua DPR itu diputuskan untuk menjadi Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat.
KLB juga menetapkan Ketua Umum Partai Demokrat AHY dinyatakan telah demisioner.
2. AHY Berani 'Sentil' Moeldoko
"Saya juga dulu adalah prajurit. Beliau juga adalah prajurit. Dalam keprajuritan menghormati senior wajib dilakukan," begitu lah ucapan Ketum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) setelah Moeldoko menerima hasil KLB Partai Demokrat di Deliserdang, 5 Maret 2021.
AHY memberikan kode ada pengecualian untuk Moeldoko.
Meski Moeldoko pernah menjabat sebagai Panglima TNI, AHY menegaskan kalau Kepala Staf Kepresidenan itu bukan contoh yang baik.
"Tapi dari para senior pula saya mendapatkan pelajaran, tidak semuanya bisa menjadi contoh yang baik," sambungnya.
Ucapan AHY ini dinilai berani.
Apalagi AHY pensiun dari militer hanya dengan pangkat mayor.
3. Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo Pernah Ditawari
'Pusaran tiga jenderal TNI AD' istilah ini merebak saat mantan Panglima TNI Moeldoko turut serta melengserkan anak Presiden Keenam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), dari posisi Ketum Demokrat.
Satu jenderal yang berada dalam pusaran ini adalah mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo.
Berbeda dengan seniornya, Gatot Nurmantyo mengaku menolak tawaran kudeta Agus Harimurti Yuidhoyono (AHY).
Pengakuan mengagetkan ini disampaikan Gatot di channel YouTube Bang Arief, sebelum KLB Partai Demokrat di Deliserdang, Sumatera Utara, 5 Maret 2021.
Gatot Nurmantyo menolak tawaran Ketum Partai Demokrat karena mengingat jasa Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di karir militernya.
"Saya dibesarkan oleh dua presiden, Pak Susilo Bambang Yudhoyono dan Pak Jokowi. Lalu nilai apa (kudeta AHY), dibicarakan waduh itu anak gak beradab uda dijadikan KSAD sama ini, anaknya (AHY) menjabat malah digantiin karena ambisi," ucap Gatot Nurmantyo.
Keputusan Gatot Nurmantyo ini berbeda dengan seniornya, Jenderal (Purn) Moeldoko.
Jenderal (Purn) Moeldoko yang dilantik SBY menjadi KSAD dan Panglima TNI malah malah terlibat dalam kudeta AHY.
Moeldoko setuju menjabat Ketum Demokrat hasil KLB Deliserdang pada 5 Maret 2021.
Sumber : 3 FAKTA Kisruh Demokrat, Peran 4 Mantan Prajurit hingga Hubungan Senior-junior Purnawirawan TNI AD