Dengan simulasi komputer, para peneliti berharap bisa sepenuhnya memetakan protein penyakit.
Mereka melakukannya guna mendeteksi kerentanan yang dapat diserang oleh beberapa jenis perawatan secara medis.
Karena lebih banyak sukarelawan menyumbang kekuatan komputasi yang tidak terpakai, superkomputer virtual dapat bekerja lebih cepat.
Siapa pun di seluruh dunia dapat menginstal perangkat lunak proyek tersebut.
Pemimpin proyek, Gregory Bowman, seorang ahli biofisika di Fakultas Kedokteran Universitas Washington di St Louis, menjelaskan bagaimana sistem itu bekerja dan bagaimana orang dapat membantu melawan corona.
Menurut Bowman, para peneliti mengerjakan skala waktu yang sangat pendek untuk melacak pergerakan kecil atom dalam protein.
Untuk melihat bagaimana protein bergerak lebih dari satu detik, mereka berhitung.
Mereka melakukan perhitungan miliar kuadrat di komputer.
Folding@home dapat melakukan perhitungan dalam satu bulan, tidak seperti komputer biasa yang membutuhkan waktu sampai 100 tahun. (Tribunjogja)
Baca juga: Jalan Tol Jambi-Tempino, Penentuan Penlok Lancar, Masuki Tahap Konsultasi Publik