Selain itu, Macron juga mengaku menyadari apa yang sedang dialami oleh Prancis.
Di antaranya yang paling terlihat nyata adalah adanya boikot produk dari negara berjuluk Kota Mode tersebut.
"Saya melihat banyak orang akhir-akhir ini mengatakan hal-hal yang tidak dapat diterima tentang Prancis, mendukung semua kebohongan yang dibicarakan tentang kami dan tentang apa yang saya katakan," ungkapnya.
Macron: Saya Akan Tetap Membela Kebebasan Berpendapat
Pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron kembali menuai sorotan dari umat Islam dunia.
Dilansir TribunWow.com, diketahui kasus berawal saat seorang guru sejarah SMA di Prancis, Samuel Paty, menunjukkan karikatur Nabi Muhammad kepada murid-muridnya terkait diskusi kebebasan berpendapat.
Paty kemudian dipenggal oleh orang tidak dikenal akibat tindakannya tersebut pada 16 Oktober 2020 lalu.
Menanggapi kasus tersebut, Macron menilai negara harus melindungi sikap sekularisme yang dijunjung Prancis, terutama terkait perlindungan kebebasan berpendapat pada masyarakat beragama dan non-beragama.
Pernyataan Macron lalu menuai sorotan dari berbagai negara mayoritas Islam di dunia, bahkan muncul seruan untuk memboikot produk Prancis.
Menanggapi hal itu, Macron mengaku dirinya memaklumi munculnya kemarahan umat Islam dunia.
"Saya memahami sentimen yang diekspresikan dan saya menghormatinya," kata Emmanuel Macron, dikutip dari Aljazeera.com, Sabtu (31/10/2020).
"Namun harus dipahami peran saya sekarang, yakni untuk memastikan dua hal: menyerukan perdamaian dan melindungi hak-hak ini," lanjutnya.
"Saya akan selalu membela negara saya terkait isu kebebasan berbicara, menulis, berpikir, dan menggambar," tambah presiden 42 tahun ini.
Macron juga menyinggung sikap para pemimpin dunia, terutama dari negara mayoritas Islam.
Ia menilai ada kesalahpahaman, yakni masyarakat cenderung digiring untuk memercayai bahwa karikatur Nabi Muhammad yang menjadi kontroversi itu adalah buatan Prancis.