Tibalah Pratu Suparlan pada ambang kesanggupannya, ia terduduk dan tak lagi mampu menggenggam pisau Komandonya.
Ia kehabisan darah.
Namun ia tak pernah kehabisan akal maupun semangat, untuk membela Ibu Pertiwi, dari rongrongan pemberontak!
Tetap Cerdas di Ujung Napas
Saat jatuh terduduk, pasukan Fretilin segera mengerumuninya, dan memberikan sebuah tembakan di lehernya.
Setelah puluhan musuh makin dekat mengepungnya, dengan sisa tenaga yang ada, ia susupkan tangan ke kantong celana.
Dalam hitungan detik, dicabutnya pin granat, lalu ia melompat ke arah kerumunan Fretilin di depannya seraya berteriak, “Allahu Akbar”…. Dentaman keras membahana, mengiringi robohnya puluhan prajurit komunis, bersama seorang prajurit Kopassus bernama Prajurit Satu Suparlan.
Sementara itu, sisa pasukan “Unit Suparlan” yang tinggal 5 orang, telah menguasai ketinggian di celah bukit.
Melihat gugurnya Pratu Suparlan, dari atas bukit mereka menghujani tembakan kepada kerumunan Fretelin.
Jatuh korban dari kedua belah pihak.
Tak lama, pasukan bantuan pun tiba, dan segera membantu memukul mundur Fretelin.
Ketika pertempuran yang berlangsung hingga malam ini berhenti, pasukan bantuan menemukan puluhan prajurit yang gugur, dari kedua belah pihak.
Di antaranya adalah 7 (tujuh) orang Unit Pratu Suparlan.
Jenazah Pratu Suparlan sendiri ditemukan dalam keadaan tidak utuh.
Sedangkan dari pihak Fretelin yang kehilangan 83 orang milisinya, sisanya beberapa ditangkap hidup-hidup.