Ratusan Pedangdut di Kudus Demo Sambil Joget Lantaran 5 Bulan Tak Bekerja: Barang Kami Sudah Habis

Editor: Tommy Kurniawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Foto Ilustrasi

TRIBUNJAMBI.COM - Sama sekali tidak mengantongi penghasilan selama pandemi Covid-19, ratusan pekerja seni dangdut menggelar aksi unjuk rasa di Alun-alun Simpang Tujuh, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Senin (31/8/2020).

Sambil bernyanyi dan berjoget, mereka yang mengenakan masker berorasi meminta solusi terbaik dari pemerintah akibat dilarang manggung.

Para demonstran menilai selama ini pemerintah tutup mata dengan nasib mereka yang mati penghasilan karena tak bisa mencari nafkah.

"Barang-barang berharga sudah habis kami jual untuk menyambung hidup," kata Mardi, salah satu anggota Persatuan Artis Musik Melayu Indonesia (PAMMI) Kudus, Senin.

Para pekerja seni dangdut pun cukup memahami adanya pandemi Covid-19, mereka pun sudah berupaya banting setir mencari penghasilan lain.

September Mulai Diberikan, Ini Cara Dapatkan Kuota Gratis 42 GB Buat Siswa, Guru, Mahasiswa & Dosen

Sosok Kopassus Ini Pernah Buat Mantan Sniper SAS Terkejut, Pernah Jadi Sasaran Bidik Snipernya

Kiwil Diminta Oleh Meggy Wulandari Untuk Nafkahi Anak-anak, Sang Pelawak Mengaku Sudah Lepas Tangan

Panas Terik hingga Sesak Napas, Dua Perawat Ini Bantu Pemakaman Pasien Positif Rapid Test

Hanya saja, hal itu tak semudah yang dibayangkan. Terlebih lagi para pekerja seni dangdut tidak menerima bantuan dari pemerintah.

"Tolong perhatikan nasib kami. Kami juga punya anak serta keluarga dan kami juga butuh hidup yang layak. Apalagi selama corona cari pekerjaan lain susah," sambung Indah, biduan dangdut di Kudus.

Indah sendiri sudah beralih profesi menjadi sales promotion girl (SPG) untuk tetap bisa menyambung hidup.

Meski demikian, sambung dia, uang yang didapat dirasa masih kurang untuk memenuhi kebutuhan hidup anak-anaknya, termasuk membayar cicilan leasing dan bank.

"Pusing banyak cicilan dan harus menanggung biaya hidup anak-anak. Bagi saya menjadi biduan dangdut lebih menjanjikan dan senang melakoninya karena sudah menjiwa. Sekali pentas saya dibayar Rp 350.000 belum sawerannya," tutur Indah.

Sementara itu biduan dangdut Kudus lainnya, Ana Maria (30), mengaku berangkat berunjuk rasa berbarengan dengan 50 orang biduan dari Kecamatan Gebog.

Ana berujar, selama lima bulan ini mereka sudah tak memiliki penghasilan. Mereka juga kesulitan mencari pekerjaan lain.

"Kami rindu sila kelima pancasila. Kami juga pekerja, tapi bedanya kami kelaparan dan mereka dapat tunjangan. Kami minta Plt Bupati Kudus, HM Hartopo bisa segera memperbolehkan aktivitas bernyanyi di Kudus," tegas Ana.

Plt Bupati Kudus, HM Hartopo pun akhirnya menemui ratusan seniman dangdut tersebut.

Dia berjanji akan segera membahas apa yang menjadi permasalahan pekerja seni dangdut dengan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda).

Halaman
12

Berita Terkini