"Jangan dipikir influencer itu selalu untuk politik (ini pikiran yg terkontaminasi) tapi untuk menggerakkan ekonomi rakyat terutama mahasiswa dan anak muda di era digital."
"Pelatihnya orang-orang hebat yang tidak dibayar, tapi relawan. Maka memahami fakta jangan dicampur dengan suudzon,"tulisnya dikutip Wartakotalive.com pada Minggu (30/8/2020).
"Jadi semua pemilik akun medsos itu bisa jd influencer, asal dia mengembangkan kreativitas diri. Dari drpd ribut politik. Mereka bisa jadi travel influencer, cullinary influencer, marketing influencer dll, ini adalah pekerjaan baru yang bermanfaat bagi masyarakat dan besar pendapatannya," imbuhnya.
Selanjutnya, tentang buzzer politik, dikatakannya, tidak perlu butuh kemampuan akademisi, lantaran misinya hanya untuk 'membuat gaduh'.
"Makanya kerjaan buzzer itu hanya nyalah-nyalahin, nuduh, ngumpat atau dukung tanpa mikir. Tidak ada buzzer akademik, itu konsep yang bertentangan," jelasnya.
"Makanya kalau di medsos gak usah terlalu baper ketika diserang cyber army atau buzzer, kerjaan mereka memang menyerang dan meramaikan dukungan, atau menggaungkan suara pihaknya. Sedangkan akademisi punya kebenaran sendiri yang diuji secara metodologik," imbuhnya.
Terkait Yossi, Henry Subiakto menegaskan bahwa musisi itu adalah influencer, bukan buzzer.
Yosi, dikatakannya, justru melatih banyak orang untuk menjadi influencer yang mempromosikan hal-hal positif.
"Cyber Kreasi yang diketuai Yosi adalah kumpulan organisasi relawan yang membantu pemerintah untuk mendidik rakyat dengan program literasi digital. Banyak tokoh-tokoh yang ikut jadi relawan di situ," jelasnya.
"Yossi adalah ketua relawan cyber kreasi yang melatih digital literacy masyarakat dan mahasiswa agar mereka bisa jd influencer untuk pariwisata daerah, influencer tempat-tempat kuliner hingga pemasaran dagang, ini untuk ekonomi rakyat. Jadi tidak ada influencer untuk politik di situ."
Perdebatan antara Staf Ahli Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Henry Subiakto dengan Rocky Gerung di salah satu stasiun televisi ternyata berbuntut panjang.
Keduanya menjadi bahan perbincangan hangat di sosial media. Para pendukung Henry, mencibir Rocky, begitu juga sebaliknya.
Dilansir dari TribunWow.com, hal itu tampak dalam tayangan Dua Sisi di TVOne, Kamis (27/8/2020).
Awalnya Rocky Gerung tengah membahas temuan Indonesia Corruption Watch (ICW) terkait dana pembiayaan influencer senilai Rp 90,45 miliar.
Ia menilai penggunaan jasa influencer itu adalah untuk menutupi ketidakmampuan pemerintah dalam menyosialisasikan programnya.