4 Pantangan yang Dilarang Dikerjakan Bulan Suro, Dipercaya Bakal Sial Jika Nekat, Termasuk Menikah

Editor: Suci Rahayu PK
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Malam 1 Suro. (capture tribun jambi)

TRIBUNJAMBI.COM - Bulan Muharram atau Tahun Baru Islam dimulai sejak tenggelamnya matahari pada Rabu (19/8).

Dan 1 Muharram jatuh pada Kamis (20/8).

Tak seperti peringatan tahun baru masehi yang dimulai pada tengah malam yakni mulai pukul 00.00, bergantinya hari di penanggalan hijriah dimulai sesudah terbenamnya matahari dan terbitnya bulan.

Tahun Baru Islam (muslimsprayertimes.com)

Bulan Muharram bagi masyarakat Jawa dikenal juga sebagai bulan suro.

Pada beberapa kalangan masyarakat Jawa, bulan suro (atau dalam penanggalan Islam disebut Muharram) dianggap salah satu bulan yang dikeramatkan.

Suro merupakan satu diantara bulan dalam penanggalan Jawa yang diciptakan oleh Sultan Agung, raja Mataram pada abad ke-16 M, berdasarkan kalender hijriah.

1 Suro selalu bertepatan dengan 1 Muharam, menandai tahun baru hijriyah.

Ritual Malam 1 Suro di Bebagai Daerah - Kirab Kebo Bule, Mubeng Benteng, Sapi-sapian, Petilasan Raja

Rekomendasi Film Horor yang Wajib di Tonton Malam 1 ASuro - Pengabdi Setan (1980)-Karma

Malam 1 Suro oleh masyarakat zaman dulu dianggap bernuansa mistis.

Konon para makhluk astral banyak berkeliaran pada Malam 1 Suro.

Karena bernuansa keramat itulah banyak dilakukan ritual ketika Malam 1 Suro, seperti jamasan pusaka atau membersihkan benda-benda pusaka, mandi kembang setaman, kungkum (berendam), tapa bisu ziarah, dan lainnya.

Selain melakukan ritual-ritual tersebut, bulan suro dipercayai orang Jawa tak diperbolehkan melakukan terkait dengan pesta atau perayaan karena diyakini membawa sial.

Beberapa pantangan hajatan yang dilakukan di bulan suro yakni

ilustrasi menikah (ist)

- Pesta pernikahan

- Pindah rumah

- Hajatan lain

- Bepergian jauh

Pernikahan misalnya beberapa masyarakat Jawa pantang untuk melakukannya.

Mereka menganggap jika hal ini dilanggar akan ada nasib buruk di waktu mendatang.

Lalu, bagaimana kepercayaan tentang pantangan menikah di bulan suro ini bermula?

Soal pantangan menikah di bulan suro, pengamat budaya Jawa, Han Gagas, memberi keterangannya sperti dikutip dari Intisari.

Misteri Malam 1 Suro hingga Pantangan Bulan Suro, Jika Dilakukan Akan Bernasib Buruk

Ini Sederet Mitos Malam Satu Suro, Dikenal Sebagai Lebaran Makhluk Gaib, Mengapa Harus Serba Tujuh?

Melalui WhatsApp Han Gagas menjelaskan, menurut kepercayaan Hindu, dikisahkan Suro dikuasai Batara Kala.

Suro adalah penguasa waktu yang menjalankan hukum karma atau sebab akibat.

"Suro, dewanya Batara Kala, yang suka makan manusia, dalam arti nasibnya. Sehingga buruk nasibnya," kata Han Gagas.

"Untuk itu, hal tersebut harus dihindari agar auranya menjadi baik," tambahnya.

Dijelaskan bahwa Suro suka makan manusia (dalam arti nasib), sehingga dipercaya apabila menyelenggarakan hajatan di bulan Suro akan menghadapi nasib yang buruk.

Akan lebih baik jika hajatan di bulan Suro tersebut dihindari agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.

Han Gagas menambahkan bahwa pantangan itu bukan hanya pernikahan, tetapi juga hajatan lain termasuk pendirian rumah, sunatan, pindah rumah dan lainnya.

Menikah di bulan Suro memang sebuah pantangan untuk menghindari nasib buruk, namun bukan berarti menggelar resepsi pernikahan di bulan ini juga dilarang.

Han Gagas mengatakan, "Tetapi, kalau nikah ijab kobul sebelum Suro, lalu pesta resepsi syukuran bulan suro bisa."

Tak melulu dikaitkan pada kepercayaan Hindu, namun ada maksud lain di balik pantangan menikah di bulan suro.

Lupa Matikan Kamera, Staf Anggota Dewan Berhubungan Badan saat Rapat Via Zoom, Disaksikan Temannya

Han Gagas berkata, "Budaya Suro bisa dianggap bulan spiritual sehingga waktunya untuk ibadah dan membersihkan dari sifat, sikap, watak nafsu angkara, aluamah, sufiyah, mutmainah, dan bisa dianggap sebagai bulan rehat dan refleksi renungan, bukan untuk membuat hajat yang berdampak pada pengeluaran keuangan terlalu banyak.

Hal ini tentu bermakna bahwa di bulan spiritual ini, alangkah lebih baik jika menggunakannya untuk beribadah, untuk merehatkan diri dari hingar-bingar dunia, bahkan untuk merenungkan kehidupan agar berjalan lebih baik.

Sedangkan, jika hajatan pernikahan atau hajatan lain digelar, masyarakat akan cenderung mengeluarkan biaya yang banyak untuk hajatan tersebut.

Hal ini tentu membuat bulan spiritual tidak dimanfaatkan dengan maksimal karena kesempatan untuk beribadah dan renungan berkurang atau malah hilang sama sekali berganti dengan pesta hajatan.

Selain dari segi spiritual, pantangan menikah di bulan suro bisa pula dikaitkan dari segi sosial dan ekonomi.

Malam 1 Suro (ist)

Bukan Bulan Menakutkan

Menurut KH Bukhari Masruri Bulan Muharam atau bulan suro dalam istilah Jawa bukanlah bulan yang menakutkan.

Ketua PWNU Jawa Tengah periode 1985-1995 itu mengatakan sebaliknya, bahwa bulan Muharam itu memiliki banyak keutamaan dan penuh dengan keistimewaan.

“Masyarakat memandang bulan muharam sebagai bulan ketakutan. Padahal muharam itu bulan yang penuh dengan keberkahan,” katanya.

"Orang Jawa perlu let (jeda), termasuk kondisi keuangan. Jika terlalu banyak hajatan yang kudu nyumbang nanti kasihan bisa buat banyak yang marah atau terlalu ngoyo kerja buat nyumbang, itu bisa buat aura negatif. Ini versi yang modern ke manajemen uang," tambahnya.

Dalam masyarakat Jawa, menikah bisa dilakukan sepanjang tahun, kecuali pantangan pada bulan suro.

Hampir Diceraikan Nagita Slavina, Sule Beri Peringatan ke Raffi Ahmad: Selesaikan dengan Baik!

Mendadak Najwa Shihab Ingin Maju Sebagai Calon Presiden, Ahok Langsung Bereaksi: Bisa Dong!

Berita Terkini