Setibanya 16 prajurit Kopassus di kampung itu, ternyata di situ tidak ada kawan. Semua penduduk berpihak pada gerombolan dan tampak tidak suka dengan orang asing.
TRIBUNJAMBI.COM - Ini menjadi satu di antara kisah Kopassus yang menegangkan.
Banyak yang tidak mengetahui pertempuran pasukan elite yang satu ini.
Pertempuran ini hampir sama seperti d film-film, tapi ini merupakan kisah nyata
Satu di antara kisah heroik Komando Pasukan Khusus, yaitu saat tim Kopassus yang dipimpin Hendropriyono dikepung musuh.
Peristiwa itu terjadi saat pencarian kelompok yang menembak anggota Kopassus.
Kisah ini terjadi saat operasi menumpas pemberontak Pasukan Gerilya Rakyat Serawak (PGRS), Tentara Nasional Kalimantan Utara (TNKU) dan Pasukan Rakyat Kalimantan Utara (Paraku) yang berhaluan komunis.
Tim Komando Pasukan Sandhi Yudha (Kopassandha) yang saat ini bernama Kopassus dipimpin oleh Hendropriyono memburu pemberontak yang menembak mati anggota Kopassus.
Hendropriyono ditugaskan oleh Sintong Panjaitan untuk mencari pelaku penembakan.
• Preman Terminal Bisa Jadi Perwira Kopassus, Untung Pranoto Naik Pangkat 17 Kali Dalam Karier
• Pertempuran Kopassus di Hutan Kalimantan1964, Pasukan Elite Inggris Kocar-kacir Kabur
• Data dan Fakta Pisau Komando Kopassus, Senjata Idola Kalangan Pasukan Khusus Dunia
Sintong Panjaitan saat itu merupakan Komandan Satgas 42/Kopassandha yang ditugaskan menggantikan Satgas 32/Kopassandha dan Kompi A Yonif 412 Kodam VII/Diponegoro
Kisah ini Tribunjambi.com nukil dari buku Sintong Panjaitan Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando karangan Hendro Subroto yang diterbitkan oleh penerbit Kompas.
Dalam setiap briefing Sintong Panjaitan selalu menegaskan kalau militer membuat bivak jangan di dekat sumber air.
Beda dengan Pramuka yang membuat bivak selalu dekat dengan air karena memudahkan mereka untuk mandi, memasak, buang air dan keperluan lainnya.
Gerombolan komunis banyak melakukan gerakan menyusuri sungai kecil untuk menghilangkan jejak.
Penekanan Sintong itu ternyata tidak diindahkan oleh anak buahnya.