Virus Corona

Kumpulkan Sampel Pemantauan Covid-19, Sopir PBB Tewas Tertembak di Myanmar

Editor: Heri Prihartono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi

TRIBUNJAMBI.COM - Myanmar kini tengah dilanda konflik di tengah pandemi virus corona.

Bahkan seorang supir yang bekerja pada Organisasi Kesehatan PBB (WHO) terbunuh di wilayah Myanmar  ketika mengumpulkan sampel pemantauan Covid-19.

Bupati Syahirsah & Forkopimda Sambut Kunker Kapolda Jambi Irjen Pol Firman Santyabudi ke Batanghari

Supir bernama Pyae Sone Win Maung mengendarai kendaraan PBB yang terlihat jelas ketika terkena tembakan di Negara Bagian Rakhine.

PBB mengatakan puluhan warga sipil telah terbunuh ketika pertempuran antara militer dan kelompok etnis bersenjata Arakan meningkat dalam beberapa pekan terakhir.

Cara Membuat Es Kopyor Avokad, Teh Susu Jeli Moka, Sup Buah Segar untuk Takjil

Kedua pihak telah saling menyalahkan atas kematian pengemudi WHO pada hari Senin lalu (20/4). Baik militer di Myanmar dan Tentara Arakan menyangkal terlibat insiden tersebut.

Mayjen Myanmar Tun Tun Nyi, seorang juru bicara militer, mengatakan pasukannya tidak punya alasan untuk menyerang kendaraan PBB. "Mereka bekerja untuk kita, untuk negara kita," katanya kepada kantor berita Reuters.

Menurut sebuah posting di Facebook, kendaraan dari WHO sedang melakukan perjalanan dari Sittwe ke Yangon membawa sampel pengawasan Covid-19.

Begini Jadinya Korea Utara Bila Kim Jong Un Meninggal Dunia, Sosok Ini yang akan Jadi Penggantinya


Sekjen PBB Peringatkan Soal Krisis Akibat Pandemi Covid-19

 Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memperingatkan bahwa dunia kini tengah menghadapi krisis yang paling menantang sejak Perang Dunia II.

Dunia menghadapi pandemi yang mengancam masyarakat di setiap negara, yang akan membawa resesi yang mungkin tidak memiliki paralel di masa lalu.

"Ada juga risiko bahwa kombinasi penyakit dan dampak ekonominya akan berkontribusi pada ketidakstabilan yang meningkat, kerusuhan yang meningkat, dan konflik yang meningkat,” kata Gutteres seperti yang dilansir dari AP.

Terkait hal ini, Guterres menyerukan tanggapan global yang lebih kuat dan lebih efektif terhadap pandemi coronavirus dan terhadap kehancuran sosial dan ekonomi yang ditimbulkan Covid-19.

SEMPROT DISINFEKTAN - Petugas dari Dishub dan Polrestabes Surabaya melakukan penyemprotan disinfektan kepada kendaraan roda 2 di ftontage road Jl A Yani yang merupakan salah satu pintu masuk ke Kota Surabaya, Jumat (27/3). Penyemprotat disinfektan itu meruapakan salah satu cara Pemkot Surabaya mencegah penyebaran Virus Corona (Covid-19). (TRIBUNMADURA.COM/AHMAD ZAIMUL HAQ)

Dia menekankan bahwa ini hanya akan mungkin dilakukan jika semua orang berkumpul dan melupakan permainan politik sekaligus memahami bahwa nyawa manusialah yang dipertaruhkan.

"Kami menghadapi krisis kesehatan global yang tidak pernah dialami sebelumnya dalam sejarah 75 tahun Perserikatan Bangsa-Bangsa. Wabah ini menewaskan banyak orang, menyebarkan penderitaan manusia. Tapi ini lebih dari sekadar krisis kesehatan. Itu adalah krisis manusia. Penyakit coronavirus ( Covid-19 ) menyerang masyarakat pada intinya,” demikian bunyi laporan tersebut.

Guterres juga mengatakan, pandemi virus corona adalah krisis global terburuk sejak Perang Dunia II.

Dia bahkan khawatir, hal itu dapat memicu konflik di seluruh dunia.

 

Halaman
12

Berita Terkini