Satu area disiapkan untuk kasus-kasus yang belum terkonfirmasi dan satu lagi untuk kasus yang terkonfirmasi.
Jika ada kasus infeksi Covid-19, Katie Griggs berharap dia bisa membujuk otoritas kesehatan setempat dan pihak berwenang untuk tidak mengkarantina seluruh gedungn atau mengunci semua orang.
Sejauh ini, mereka masih beruntung, karena hanya pernah ada satu kasus yang diduga Covid-19. "Tapi hasil tesnya negatif," kata Katie Griggs. "Jadi, kami semua bersorak sangat keras."
Orang-orang yang tegar
Semua penghuni harus mendapat informasi tentang tindakan apa saja yang harus diambil dan aturan menjaga jarak apa saja yang sedang diberlakukan.
Kalau ada aturan baru, semuanya harus dikomunikasikan sebaik mungkin.
Ini bisa menjadi sangat rumit, karena penghuni asrama berkomunikasi dalam banyak bahasa dan berasal dari 25 negara berbeda, terutama dari Timur Tengah, Afrika, dan Eropa Timur.
Hanya sedikit penghuni yang memiliki pekerjaan. Kebanyakan masih mengikuti kelas-kelas persiapan dan kursus Bahasa Jerman.
Tetapi karena Covid-19, semua kegiatan itu terhenti. Sekarang mereka harus menemukan cara untuk mengisi waktu.
Seorang lelaki sekarang menjahit masker untuk penghuni lain, yang lain membersihkan halaman dan membuat lukisan untuk hiasan dinding.
"Sebagian besar dari mereka telah melalui situasi yang mengerikan. perang, pelayaran melintasi laut, mereka orang-orang yang tegar," kata Katie Griggs.
Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul https://internasional.kontan.co.id/news/berjuang-meredam-covid-19-di-asrama-pengungsi-di-berlin