Berita Muarojambi

Warga Klaim Temukan Fosil Kayu, Makam Kuno Hingga Tiang Pancung Tempat Orang Bersalah Digantung

Penulis: Samsul Bahri
Editor: Deni Satria Budi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

01032020_Makam kuno yang ditemukan warga

Warga Klaim Temukan Fosil Kayu, Makam Kuno Hingga Tiang Pancung Tempat Orang Bersalah Digantung

Laporan Wartawan Tribun Jambi, Samsul Bahri

TRIBUNJAMBI.COM, SENGETI-  Warga Desa Batang Rawang, Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muarojambi, temukan sejumlah benda kuno yang ada di masa peradaban jaman dahulu.

Penemuan warga ini berupa fosil kayu, bebatuan jaman dahulu, hingga pecahan keramik dan kuburan jaman dulu.

Hal ini diungkapkan oleh Adi Ismanto, Ketua Gerakan Muarojambi Bersakat (GMB) dalam ekpedisi yang dilakukan dengan sejumlah media pada Kamis (27/2/2020) kemarin.

Adi dan warga sekitar menujukkan beberapa titik temuan warga yang keberadaanya berdekatan dengan permukiman warga.

Temuan pertama yang ditunjukkan yaitu kayu yang dibilai sudah berumur lebih dari ratusan tahun dan telah menjadi fosil.

01032020_Temuan warga saat melakukan penggalian (Tribunjambi.com/Samsul Bahri)

Menariknya temuan fosil kayu ini tidak hanya satu melainkan ada empat fosil kayu yang ditemukan. Antara satu fosil dengan fosil kayu lainnya, keberadaan tersebut tidak jauh.

Fosil kayu ini memiliki ketinggian yang berbeda-beda, dan ini diklaim warga pada jaman dulu memiliki ketinggian lebih dari 1 meter.

Sementara yang saat ini ditemukan adalah bagian bawah kayu yang terpendam di dalam tanah ratusan tahun lalu.

"Kalau kita perhatikan posisi ke empat ini saling berkaitan, dan tingginya kalo kita perkirakan juga tinggi. Nah temuan ini yang dikaitkan dengan cerita-cerita orang tetua jaman dulu yang menyebutkan ini tempat menggantung orang-orang yang bersalah, dinamakanlah Keramat Jantung," sebut Adi, menerangkan.

01032020_Lokasi tempat ditemukannya batu-batu seperti batu candi (Tribunjambi.com/Samsul Bahri)

Ke empat fosil kayu yang ditemukan itu diyakini sebagai tiang yang terhubung yang menjadi sebuah tiang pancung untuk menghukum orang-orang terdahulu yang bersalah. Jantung itu sendiri diambil sebagai bahasa pengambilan nyawa seseorang.

Keramat Jantung ini diceritakan masyarakat sebagai areal terlarang untuk diusik. Masyarakat mempercayai jika areal tersebut diusik, maka akan ada kejadian-kejadian di luar nalar yang akan menimpa orang tersebut.

"Jadi kemarin itu ada keponakan manjat batang duku di sini, dan sama temannya seperti ngeluarin kata-kata kotor atau tidak baguslah. Turun dari pohon ini kaki sebelahnya tidak bisa berjalan, itu diobati dengan orang pintar sini (sebutan untuk dukun)," ungkap Adi.

Menurut Adi, mengusik areal keramat tidak hanya dengan merusak, menebang pohon, namun di areal yang dianggap sebagai area keramat itu, orang yang datang tidak diperbolehkan untuk berkata kasar atau kotor.

"Itu kan cerita-cerita jaman orangtua kita dulu, tapi sampai sekarang masih kental diyakini warga," bebernya.

01032020_Temuan warga yang diklaim sebagai fosil kayu (Tribunjambi.com/Samsul Bahri)

Selain temuan fosil kayu, di areal yang sama milik warga bernama Samsuri (47) juga ditemukan beberapa bebatuan jaman dahulu, tepat di belakang rumah yang tidak jauh dengan fosil kayu tersebut ditemukan.

Temuan ini ditemukannya ketika Ia hendak membuat dapur dengan cara menggali tanah.

"Jadi, awalnya kita temukan fosil kayu tadi, kemudian tidak begitu lamalah, kita mau buat dapur, kita gali lah tanah untuk bagian tiangnya. Ternyata kita temukan batu-batuan ukuran besar yang mirip dengan batu candi," terang Samsuri.

Ternyata penemuan batu di areal Keramat Jantung bukanlah pertama kali. Sebelum itu, tepatnya satu tahun terakhir, di areal tersebut juga ditemukan bebatuan yang hampir sama.

Areal tersebut banyak di tumbuhi pohon-pohon besar dengan berbagai pohon lain seperti pohon duku.

"Di kebun juga kita pernah temukan bebatuan ini. Jadi setiap kita ketemu itu, kita kumpulkan di sini," bilang Samhuri, sembari menunjuk posisi tempat di kumpulkannya bebatuan yang ia temukan.

Di sisi lain, selain dikaitkan dengan cerita-cerita rakyat terdahulu, penemuan-penemuan itu juga dikaitkan dengan peradaban masa lampau.

Apalagi Desa Batang Rawang masih merupakan bagian dari sejumlah penelitian untuk mencari keterkaitan adanya hubungan dengan keberadaan Candi Muara Jambi, yang masih dalam satu Kecamatan Maro Sebo.

"Kalau dari pihak terkait, temuan batu ini katanya penanda makam, oke lah kita terima kan. Tapi kita lihat lagi, tidak ada cekungan di sini. Ini berbeda dengan makam yang ada kita temukan tidak jauh dari sini. Warga sini juga tidak meyakini itu makam," bebernya.

"Untuk bebatuan ini, bentuknya sama dengan di Candi Muara Jambi. Tapi apa iya jaman dulu batu-batu ini diangkut dari Candi. Ini yang perlu di kaji lebih lanjut, karena saya rasa tidak mungkin mereka angkut-angkut batu kalau untuk penanda makam," ungkapnya.

Warga Klaim Temukan Fosil Kayu, Makam Kuno Hingga Tiang Pancung Tempat Orang Bersalah Digantung (Tribunjambi.com/Samsul Bahri)

Berita Terkini