Dahulu ada 27 pulau kecil di pesisir Jambi, namun kini beberapa pulau kecil Jambi hilang. Ternyata begini kondisi sebenarnya.
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Keberadaan pulau-pulau kecil di pesisir timur Jambi kini sedang terancam keberadaannya akibat abrasi.
Data dari Badan Informasi Geospasial di 2019, pulau-pulau kecil Provinsi Jambi tinggal tujuh. Padahal sebelumnya berjumlah 27 pulau.
Sementara pemantauan dengan menggunakan aplikasi di coastal.climatecentral.org, pada tahun 2030 atau 10 tahun mendatang, sejumlah pulau berada dalam level berbahaya.
Ternyata, ada sekira 20 pulau kecil di Jambi hilang.
• Lempengan Diduga Emas Batangan Gambar Soekerno di Tebo BIkin Heboh, Erwin Temukan di Jalan
• Erwin Siap Serahkan ke Bank Indonesia Bila Itu Emas Batangan Milik Negara, Ditawar Rp 750 Juta
• Kronologi Suami Jual Istri di Pasuruan - Istri Tak Puas hingga Penuhi Fantasi Liar Hubungan Badan
Pulau tersebut terancam tertutup air laut, dengan menggunakan parameter tren kenaikan permukaan laut dan data banjir tahunan.
Kenaikan permukaan air laut diperkirakan setinggi 0,3-2,1 meter.
Perlu penanganan serius agar pulau yang tersisa ini tidak kembali hilang akibat ketinggian air yang meningkat, dampak dari pemanasan global.
Tujuh pulau yang dicatat oleh pemerintah saat ini yang masih tersisa, yakni Pulau Watambi, Pulau Tengah, Pulau Putri, Pulau Pedado Anak, Pulau Pangkudo, Pulau Mudo, serta Pulau Balai.
Belum ada intervensi pemerintah demi menyelamatkan keberadaan pulau-pulau kecil ini.
Hal itu diakui oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jambi, Tema Wisman.
Ia mengatakan saat ini masih merencanakan melakukan rehabilitasi pulau-pulau itu demi menahan laju abrasi.
Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak.
Ia mengatakan timnya telah memantau keberadaan dan kondisi tujuh pulau yang tersisa pada saat penyusunan Perda Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) tahun lalu. Namun setelah itu tidak pernah lagi turun ke lokasi.
Dijelaskan Tema, faktor abrasi yang mengakibatkan pulau-pulau tersebut menjadi rusak dan hilang tak bisa dihindari.
Ia mengatakan ini faktor alam.
"Informasi yang kita terima dari nelayan, pulau itu hanya sebagai tempat singgah bagi nelayan. Mudah-mudahan dari arahan Pak Sekda itu tidak rusak dan hilang lagi, karena dibandingkan dengan daerah lain, jumlah pulau-pulau kecil kita sangat sedikit," ujarnya.
Lanjut Tema, untuk upaya penyelamatan pulau-pulau tersebut, ke depan akan mengalokasikan ruang untuk penanaman dan rehabilitasi mangrove untuk menahan laju abrasi.
Tapi jika pulau ini tenggelam akibat air pasang laut, ia mengatakan pihaknya akan sulit menangani.
"Kalau abrasi sangat tinggi maka kita akan lakukan rehabiltasi dengan penanaman mangrove. Soalnya setiap tahun kita punya mangrove sekitar 20 ribu batang," jelasnya.
Menurut Tema, pulau-pulau itu tak bisa dikembangkan sebagai tempat kegiatan ekonomi dan juga sebagai destinasi wisata.
Sebab, ucapnya, kondisi pulau milik Provinsi Jambi ini berbeda dengan pulau-pulau daerah lain, seperti di Labuan Bajo dan sebagainya.
"Itu hanya bisa untuk tempat singgah nelayan saja. Kondisinya memang beda dengan daerah lain. Syukur-syukur tidak hilang," sebutnya.
Lebih lanjut dikatakan Tema, dengan telah terbitnya Perda 20 Tahun 2019 tentang RZWP3K Provinsi Jambi, pemprov memiliki kewenangan untuk mengatur pengelolaan lokasi, izin lokasi investasi 0-12 mil dari garis pantai, termasuk pulau-pulau kecil.
"Tindak lanjut dari perda itu, dalam waktu dekat kita akan buat turunannya berupa pergub, dan insya Allah Maret akan ada arahan pergub yang akan kita buat, kemudian pertengahan 2020 Pergub (peraturan gubernur) sudah siap," pungkasnya.
Berdasarkan pantauan Tribun, Sabtu (8/2), jumlah pulau yang ada di Pantai Timur Jambi lebih dari tujuh pulau. Bahkan menurut warga, ada juga penambahan pulau, karena beberapa tahun ini terjadi pendangkalan pada air laut.
Pulau kecil ini berada di Kecamatan Nipah Panjang, Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
Meski tidak segaung Pulau Berhala yang eksotis namun sudah lepas dari Jambi, peran beberapa pulau kecil tersebut sangat tampak jelas bagi perkembangan alam dan ekosistem di sekitarnya.
Mantan Lurah Nipah Panjang I Wajri (58), terkait keberadaan pulau yang berada di Kecamatan Nipah Panjang ini bilang, pulau tersebut sudah memiliki nama paten di kementerian.
• Ada Sekolah yang Menumpang, Ini Jadwal Lengkap UNBK SMA/MA di Jambi, Ada Juga Paket C dan B
"Tercatat ada 11 pulau yang berada di Kecamatan Nipah Panjang. Pulau-pulau tersebut sudah memiliki nama paten dan terdaftar," ujar pria yang kini staf di Pemerintah Kecamatan Nipah Panjang.
Satu pulau tersebut memiliki luasan dan fungsi yang berbeda. Seperti misalnya Pulau Harapan yang berada persis di seberang pusat Kota Nipah.
Luasannya mencapai 3,5 hektare, dan sepengetahuannya merupakan kawasan pemukiman dan industri.
Selanjutnya, ada Pulau Burung yang merupakan pulau terluas dari 11 pulau lainnya dengan luas mencapai 1.500 hektare.
Kawasan pulau tersebut merupakan pemukiman penduduk dan perkebunan warga.
Selanjutnya adalah Pulau Putri yang merupakan pulau cagar alam alami dengan luas sekitar 1 hektare.
Pulau Balai, juga merupakan kawasan resapan dan cagar alam memiliki luas 1,5 Ha.
Diikuti Pulau Tengah 750 Ha, Pulau Pangkudo dengan luas 6 Ha, Pulau Betet 4 Ha, Pulau Baru luas 2 Ha, Pulau Wantambi 230 Ha, Pulau Mudo luas 40 Ha, dan terakhir Pulau Pedado Anak dengan luasan mencapai 12 Ha.
"Selain sebagai cagar alam pulau-pulau itu juga merupakan kawasan berlindung bagi satwa lokal, dan juga kerap dimanfaatkan bagi para nelayan beristirahat atau bersinggah sata cuaca buruk," jelasnya.
Sementara menurut mantan pelaut yang merupakan penduduk lokal wilayah tersebut, Rajo Muhammad Itam (70), keberadaan pulau-pulau di sekitaran Nipah Panjang itu sangat membantu masyarakat di sana, khususnya nelayan.
Dikatakannya, beberapa pulau tersebut memang sudah ada sejak dari 100 tahun lampau atau Jepang masuk ke Jambi.
Namun mungkin bentuk dan luasannya tidak sebesar saat ini.
"Dari sekian pulau tadi ada yang berpenghuni dan ada pula yang tidak berpenguhuni. Pada saat zaman penjajahan dulu sempat dihuni masyarakat sebagai pelarian dan bermukim di sana. Satu di antaranya bermukim di Pulau Burung," jelasnya.
• Kapolda Jambi Diberi Arahan Soal Karhutla, Petakan Karakteristik Wilayah Jelang Pilkada
Dikatakannya, dari beberapa pulau tadi ada pulau yang ditunggu dan jadi lahan perkebunan, yakni Pulau Burung.
Di sana dihuni masyarakat dan juga kebun. Sementara Pulau Tengah, itu hanya jadi lokasi perkebunan, masyarakat tidak ada lagi yang tingal di sana.
"Meski terdapat kebun namun saat ini banyak penduduknya yang sudah pindah ke kota, dan di pulau tersebut hanya tersisa kebun saja," jelasnya.
Selain berkebun, pulau-pulau tadi bisa dimanfaatkan masyarakat untuk bertani, dan tempat peristirahatan nelayan terutama saat cuaca ekstrem.
Untuk jarak antar pulau juga tidak terlalu jauh sekitar dua kilometer, dan menjadi habitat alami bagi babi hutan dan burung laut. (kip/usn)
• Gigi Kelinci Agnez Mo Asli atau Palsu? Ini Tinggi dan Berat Badan Sesungguhnya, Jangan Kaget
• Rencana Rumah Tangga Agnez Mo Akhirnya Terungkap, Selamat Ya!
• Pernikahan Agnez Mo Jadi Pertanyaan Telak Najwa Shihab, namun Si Gigi Kelinci Menjawab Bijak