Pesan Damai Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir Menyambut Natal dan Tahun Baru

Editor: Nani Rachmaini
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah KH Haedar Nashir di Surabaya, Selasa (23/4/2019).

Pesan Damai Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir Menyambut Natal dan Tahun Baru

TRIBUNJAMBI.COM-Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir menyampaikan pesan damai menyambut Hari Natal dan Tahun Baru.

Pesan damai perayaan Hari Natal disampaikan langsung oleh Haedar Nashir, di kantor PP Muhammadiyah, Yogyakarta.

Muhammadiyah berharap perayaan Hari Natal dan Tahun Baru di Indonesia dapat menjadi momentum untuk mempererat persatuan bangsa.

"Nah, saatnya jadikan ini menjadi wahana kerohanian kita berbangsa," ungkap Haedar Nashir, dilansir kanal Yutube KompasTV pada Sabtu (21/12/2019).

Blak-blakan Soal Luna Maya, Faisal Nasimuddin hanya Berteman dengan Mbak Bulan?

Menurut Haedar, semangat toleransi dalam perbedaan seharusnya menjadi sumber persatuan bangsa.

Haedar mengatakan tiga hal dalam bertoleransi menyambut Hari Natal pada 25 Desember mendatang.

Ia mengatakan, cara untuk mempererat dan mengikat kembali benang kebangsaan tersebut yakni dengan menghidupkan semangat toleransi berbangsa dalam keberagaman dalam perbedaan.

Kedua, Haedar meminta agar masyarakat semakin lebih dewasa dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah.

Teror Ular Kobra, Paranormal Ini Sebut Bakal Ada Bencana Alam Dahsyat 2020, Dunia Sudah Panas!

Ketiga, Haedar meminta masyarakat menjadikan nilai-nilai agama baik dari agama mana pun agar menjadi sumber integrasi nasional dan integrasi sosial.

Selain itu, Haedar Nashir juga mendorong momen perayaan Natal dan Tahun Baru 2019 menjadi ajang untuk mempererat dan mengikat kembali tali kebangsaan yang sempat kusut pasca pemilu beberapa waktu lalu.

“Saya berharap benang kebangsaan kita bisa diikat kembali melalui momentum Natal dan Tahun Baru ini,” ujar Haedar di kantor PP Muhammadiyah Yogyakarta, dilansir dari situs resmi Muhammadiyah, Sabtu (21/12/2019).

Diakui Haedar, sebagai bangsa yang beragam atau majemuk, maka potensi untuk terjadinya gesekan di Indonesia sangat rentan terjadi.

Ia mengibaratkan kehidupan bangsa Indonesia bak rumput kering yang mudah terbakar.

Padahal pusat titik apinya kecil tetapi sering kali dapat meluas.

Halaman
12

Berita Terkini