Sebab, bagaimana mungkin ruang kerja sang atasan yang sudah ber-AC, justru malah merasa panas?
"Beberapa hari setelah kejadian, Pak Sutarno baru memahami, ayah diberi firasat akan pergi untuk selamanya," ujar Nani.
Nani mengungkapkan, beberapa hari sebelumnya dia dan sang ayah memang sempat bertengkar.
Penyebabnya, pada suatu saat Mayjend Sutojo menemukan mesin tiknya dalam kondisi tidak tertutup.
Padahal, biasanya apabila tidak sedang digunakan, mesin tik tersebut dalam keadaan tertutup kain.
Mayjend Sutojo kemudian memarahi Nani karena menganggap sang anak yang telah membersihkannya, dan ceroboh tidak menutup lagi.
Nani Nurrachman Sutojo yang merasa tidak melakukannya, tidak terima atas tuduhan sang ayah tersebut.
Akibatnya, mereka pun jarang berbicara.
Hingga pada tanggal 30 September 1965 sore, Mayjend Sutojo pulang ke rumah.
Kepulangan Mayjend Sutojo ke rumah hanya untuk mandi, dan istirahat sejenak saja.
Sebab, saat itu akan ada rapat raksasa di Istora Senayan, dan Presiden Soekarno akan berpidato.
Tak banyak kata yang diucapkan Mayjend Sutojo saat di rumahnya, termasuk kepada Nani.
Ketika itu Mayjend Sutojo hanya melambaikan tangan sambil memutar badan ke belakang sedikit.
"Sudah ya Nan, Papap (panggilan Nani untuk Sutojo) pergi dulu," ucapnya.
Babak Baru Video Vina Garut, setelah Rayya Bongkar Aib Mantan Istri
Netizen Bereaksi Lihat Siti Badriah Mandikan Krisjiana Baharudin Diakhiri dengan Ciuman
FOLLOW INSTAGRAM TRIBUN JAMBI:
Artikel ini telah tayang di Tribunjatim.com dengan judul Pengakuan Ajudan Soal Firasat Jenderal Korban PKI, Ruang ber-AC Jadi Panas & Marah Soal Mesin Ketik