Baca tanpa iklan
"Mungkin saya baru tahu ada politisi muda dari partai lain yang mengatakan bahwa kalau enggak mau pin emas, ya jangan nerima gaji. Kalau PSI diberikan komentar oleh elit politik senior ya wajar, karena kita hidup di zaman berbeda. Kalau kita dapat komentar dari politisi muda, ini buat kami miris," kata Rian Ernest sekaligus mantan staf mantan Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Menurut Rian Ernest, seharusnya politisi muda memiliki pemikiran baru yang berseberangan arus, dan berani efisien anggaran, karena pengadaan pin emas itu memiliki nilai anggaran yang cukup tinggi.
"Jadi buat partai-partai sebelah, muda bukan berarti progresif, muda bukan berani lawan korupsi, mudah-mudahan PSI bisa diskusi dengan temen-temen partai muda lain. Politisi muda dari partai lain jangan ikut-ikutan cara tua," ucapnya.
Karena mahal, PSI meminta pin emas itu diganti dengan pin kuningan.
Sekretariat DPRD DKI Jakarta pun mencari pin berbahan kuningan sebagai pengganti pin emas.
Siapa sebenarnya Rian Ernest?
Melansir wikipedia, pria itu bernama lengkap Rian Ernest Tanudjaja.
Rian lahir di Jerman, 24 Oktober 1987.
Awalnya, politikus itu merupakan staf ahli hukum Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama.
Kemudian, jelang Pemilu 2019, Rian Ernest menjadi Calon Anggota Legislatif (Caleg) untuk DPR RI yang diusung oleh Partai Solidaritas Indonesia dari daerah pemilihan DKI Jakarta I (meliputi Kota Administrasi Jakarta Timur).
Rian Ernest menjabat sebagai Wakil Ketua DPW Partai Solidaritas Indonesia DKI Jakarta.
Ia mulai menjadi terkenal saat mendampingi Basuki Tjahaja Purnama saat mengajukan gugatan atas aturan Pilkada di Mahkamah Konstitusi.
Ketika mengikuti seleksi caleg PSI, ia dinilai sebagai salah satu peserta terbaik oleh panelis Neng Dara Affiah.
Lulusan luar negeri
Rian lahir dari pasangan Jörg Cichosz dan almarhum Levi Mulyati Tanudjaja.