Diabetes yang menahun serta tidak dikendalikan bisa menyebabkan komplikasi neuropati atau rusaknya pembuluh saraf besar dan kecil.
Kerusakan ini juga termasuk pada saraf di bagian kandung kemih sehingga kandung kemih yang sudah penuh tidak bisa dirasakan.
8. Obesitas
Berat badan berlebihan bisa mendesak kandung kemih dan struktur pelvis.
Namun, hal ini lebih sering dialami kaum wanita karena perbedaan anatomi saluran kemih.
9. Ketergantungan obat
Penelitian tahun 2009 menemukan orang yang mengonsumsi obat ketamine selama dua tahun lebih berisiko tinggi mengalami inkontinensia.
Hal yang sama juga dialami oleh para pengguna narkotika.
10. Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemih bisa disebabkan hubungan seksual, tetapi juga bisa disebabkan infeksi virus mengingat pada wanita letak uretra berdekatan dengan vagina.
Salah satu gejala penyakit ini adalah sering berkemih.
Di artikel Kompas.com berjudul Mengenal Inkontinensia Urin, Penyakit "Ngompol" Orang Dewasa dr Dasep Suwanda, SpOG, dari Klinik Bamed mengungkapkan, inkontenisia pada dasarnya tidak berbahaya bagi pengidapnya.
Hanya saja, kondisi ini menimbulkan rasa tidak nyaman bagi penderita.
“Kalau bicara bahaya atau tidak, ini tidak berbahaya. Tapi nyaman enggak? Pastinya tidak nyaman. Bisa jadi saat bergaul, tiba-tiba ngompol. Meski orang lain tidak tahu, tapi kitanya jadi minder,” ujar Dasep saat dihubungi melalui sambungan telepon, Selasa (27/11/2018).
Salah satu faktor penyebabnya adalah penuaan.
“Penyakit ini dipengaruhi oleh umur karena ikontinensia urin itu salah satu aging proses. Karena penuanaan, otot-otot jadi kendor. Pada perempuan terutama terjadi ketika masa menopause,” jelas Dasep.
Ia menambahkan bahwa saat menopause, perempuan akan kehilangan protein kolagen yang berfungsi mempertahankan kekencangan kulit dan urat.
Ketika kolagen pada tubuh berkurang drastis, kemudian dikombinasikan dengan penurunan fungsi saluran kencing, maka kondisi inkontinensia urin terjadi.
Akan tetapi, bukan berarti perempuan muda akan terhindari dari inkontinensia urin. Pasca persalinan normal, perempuan juga rentan terserang penyakit ini. (SURYA/Tribun Solo/ Kompas.com)