Bahkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pernah secara langsung mengajak seorang raja menyaksikan anggota Kopassus memakan ular hidup.
Kala itu kehadiran raja kaya raya Brunei Darussalam hadir di Indonesia dalam mempererat hubungan antar kedua negara.
Sesuai jadwal, Jokowi memang mengajak Sultan Brunei Darussalam Hassanal Bolkiah itu ke markas Kopassus.
Baca Juga:
Adegan di Dalam Mobil, Sebelum Wahyu Membunuh Siti Zulaeha, Tamparan Singgung Harga Diri Dosen
Live Streaming India Open 2019 Hari Ini Tommy Sugiarto Main 17.30 WIB, Siaran Langsung Youtube
Asisten Gading Marten Tulis di Instastory Cinta Secepat MRT Sindir Gisel & Wijaya Saputra?
Jokowi Minta Pendukungnya Pakai Baju Putih ke TPS, BPN Bereaksi, Dahnil: Itu Berbahaya
Di tengah guyuran hujan deras, Pasukan Kopassus TNI yang sudah bersiap, menampilkan atraksi debus di hadapan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Sultan Brunei Darussalam Hassanal Bolkiah di Mabes TNI Cilangkap Jakarta Timur, Kamis (3/5/2018).
Jokowi yang duduk bersama Sultan di kursi depan tampak serius melihat pertunjukkan debus yang menampilkan aksi makan dan minum daging serta darah ular.
Tampak di tengah-tengah pertunjukan, Jokowi menutup mulutnya sambil menunjukkan ekspresi ngeri.
Saking ngerinya, Kepala Negara sampai menoleh ke arah Sultan dan putranya, Pangeran Mateen Bolkiah.
Jokowi pun spontan bergidik ngeri sendiri sambil tertawa.
Baca: Rencanakan Buat Perda, Pemkab Sarolangun Minta Masyarakat Perangi Sampah Plastik
Baca: Aceh Akan Bikin Qanun Poligami, Menag Lukman Hakim: Memangnya Selama Ini Tak Legal?
Acara yang dimulai sekira pukul 16.00 tersebut, sengaja ditampilkan di hadapan Sultan Brunei sebagai suguhan pertunjukkan budaya khas Indonesia.
Tidak hanya pertunjukan debus, kedua pemimpin negara tersebut dipertontonkan atraksi pemecahan batako berlapis-lapis dan atraksi pencak silat.
Turut hadir mendampingi Jokowi antara lain Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Menkopolhukam Wiranto, Mensesneg Pratikno dan Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi.
Baca: Bandingkan Komentar Ridwan Kamil dan Anies Baswedan Jelang Laga Persib Bandung vs Persija Jakarta
Baca: SEDANG TAYANG Super Big Match Persija vs Persib Bandung, Tonton Via Live Streaming Bisa Pakai Hp!
Selain menyaksikan pertunjukkan budaya, Sultan Brunei didampingi Jokowi direncanakan melihat pameran alutsista dan menyempatkan untuk bermain bulu tangkis bersama.
Baca Juga:
VIDEO: Detik-detik Seorang Pemancing Dikejar Buaya Karena Ingin Rebut Ikan Hasil Pancingannya
Ranty Maria Disebut Stres Jelang Pernikahan Ammar Zoni dan Irish Bella Sebelum Lebaran Tahun 2019
Awalnya Ada Suara Wanita Minta Tolong, Tim Jaguar Cek Rumah Kosong, Temukan Peralatan Jailangkung
KPP Pratama Telanai Hanya Layani Wajib Pajak di 5 Kecamatan dan Kabupaten Muaro Jambi
Sejarah Pasukan Khusus Baret Merah (Kopassus)
Berawal pada 1980-an. Saat itu ABRI (sekarang TNI) hendak membentuk pasukan khusus.
Pasukan khusus yang dibentuk nantinya memiliki kemampuan antiteror.
Saat itu, satuan pasukan khusus dari berbagai negara dijadikan sebagai referensi.
Berbagai referensi diperoleh, seperti ilmu pasukan khusus dari Jerman (GSG-9), Inggris (SAS), pasukan khusus antiteror Angkatan Laut Prancis dan pasukan khusus Korea Selatan.
Jenderal didi Pentag dan atraksi debus Kopassus (Kolase/Ist)
Satuan-satuan itu banyak mempengaruhi pembentukan pasukan khusus di lingkungan TNI.
Teknik pelatihan pasukan khusus dari sejumlah negara itu kemudian direkomendasikan Asisten Intelijen Hankam/Kepala Pusat Intelijen Strategi Letjen TNI, LB Moerdani, untuk segera diterapkan dalam pembentukan pasukan khusus TNI di kesatuan Kopassus.
Baca: Sejumlah Lampu Jalan di Desa Jambi Kecil, Muarojambi, Rusak, Bahkan Ada yang Patah
Baca: Link Live Indosiar, Live Streaming Persija vs Persib, Big Match Liga 1 2019, Mulai Pukul 15.30 WIB
Pasalnya semua teknik yang diramu dari berbagai ‘aliran’ pasukan khusus itu, diyakini mampu membentuk tiap personel pasukan khusus TNI menjadi pasukan tempur yang sangat profesional.
Profesional yang dimaksud oleh Letjen Benny adalah tiap personel pasukan khusus yang sudah terlatih baik bisa melaksanakan misinya hingga tuntas meski hanya bermodal peralatan dan persenjataan yang sangat terbatas.
Dengan kata lain kehebatan pasukan khusus tidak ditentukan oleh teknologi yang digunakan dalam pertempuran.
Melainkan, oleh kemampuan personel dalam penguasaan ilmu beladiri, penggunaan senjata tajam, dan ketrampilan penggunaan senjata api yang tidak dilengkapi teknologi serba canggih.
Oleh karena itu demi mencetak pasukan khusus yang dalam misi tempurnya tidak terlalu tergantung pada teknologi, Letjen LB Moerdani melarang pasukan-pasukan khusus AS untuk dipergunakan sebagai referensi.
Hingga saat ini pasukan-pasukan khusus AS seperti Green Berets, Navy Seal, Delta Force, SWAT, dan lainnya memang selalu tergantung kepada teknologi militer untuk mendukung operasi tempurnya.
Misalnya, untuk melakukan pertempuran malam hari, semua pasukan khusus AS sangat tergantung kepada teropong pelihat malam (Night Vision Google/NVG) sehingga bisa melihat targetnya dalam gelap.
Baca: Bobotoh Diminta Tak Saksikan Laga Persija vs Persib Bandung di GBK, Yuk Tonton Via Live Streaming!
Baca: SUKITMAN Lolos dari Maut Lubang Buaya, Polisi yang Sempat Ditawan G30S PKI: Begini Kisahnya
Tapi bagi pasukan khusus seperti Kopassus, untuk melihat dalam gelap tidak perlu NVG.
Kopassus sudah dibekali ilmu beladiri pernapasan Merpati Putih sehingga bisa ‘melihat’ dalam gelap.
Setiap prajurit Kopassus juga mampu menembak tepat layaknya sniper tanpa dibantu teropong dalam jarak minimal 300 meter.
Sedangkan, pasukan khusus AS umumnya bisa melakukannya dengan bantuan teropong.
Pasukan khusus AS yang umumnya berbadan besar kadang merasa superior dibandingkan pasukan khusus TNI yang berbadan lebih kecil.
Tapi para pasukan khusus AS itu menjadi tidak berkutik ketika ilmu debus pasukan khusus TNI mulai dikeluarkan.
Selain menjadi kebal oleh sabetan senjata tajam, berkat ilmu debus yang dikuasai, seorang pasukan khusus AS yang berbadan raksasa hanya bisa kebingungan.
Baca: Siapa Saja Calon Menteri Jokowi-Maruf dari PBNU, Said Aqil: Apa saja, Banyak Sekali Profesional
Baca: Pernah Jadi Pilar Andalan Persib, Tony Sucipto Sebut Laga Persija vs Persib Tak Ada yang Spesial
Pasalnya ketika pasukan khusus AS itu di suruh berdiri di atas selembar kertas koran, kemudian diangkat oleh dua pasukan khusus TNI sambil mengerahkan negara dalamnya. Dia bisa terangkat dengan mudah.
Namun, yang paling mudah untuk membuat klenger para pasukan khusus AS, ketika dalam latihan jungle survival disuguhi buah durian.
Tak seorang pun pasukan AS berani makan durian, sementara pasukan khusus TNI bisa menyantap semua durian penuh gairan dan suka cita.
Grup-grup di Kopassus
- Grup 1/Parakomando: berlokasi di Serang, Banten
- Grup 2/Parakomando: berlokasi di Kartasura, Jawa Tengah
- Grup 3/Pusat Pendidikan Pasukan Khusus: berlokasi di Batujajar, Jawa Barat
- Grup 4/Sandhi Yudha: berlokasi di Cijantung, Jakarta Timur
- Grup 5/Anti Teror: berlokasi di Cijantung, Jakarta Timur
Detasemen 81, unit anti teroris Kopassus, ditiadakan dan diintegrasikan ke grup-grup tadi. Sebutan bagi pemimpin Kopassusjuga ditingkatkan dari Komandan Kopassus yang berpangkat Brigjen menjadi Danjen Kopassus yang berpangkat Mayjen bersamaan dengan reorganisasi ini.
Jenderal Pentagon dan Ilmu Hantu
Berkat kemampuan pasukan khusus Indonesia yang tiap personelnya menguasai ilmu beladiri dan tenaga dalam itu, telah membuat para jenderal di markas besar militer AS, Pentagonketakutan.
Para jenderal di Pentagon yakin, pasukan khusus Indonesia menguasai ‘ilmu hantu’, sementara pasukan khusus AS sama sekali asing dengan ilmu kebatinan tersebut.
Baca: Surat Yasin Lengkap 83 Ayat, Ada Latin, Arab dan Beserta Artinya, Ini Keutamaan Membacanya
Baca: SUKITMAN Lolos dari Maut Lubang Buaya, Polisi yang Sempat Ditawan G30S PKI: Begini Kisahnya
Oleh karena itu, jika dalam latihan bersama para pasukan khusus TNI mulai menerapkan ilmu kanuragannya (beladiri dan tenaga dalam).
Misalnya makan beling sewaktu mempraktekkan ilmu debus, benar-benar membuat para pasukan khusus AS sama sekali tak berkutik.
Maka menjadi masuk akal jika dalam pertempuran melawan pasukan khusus TNI, para pasukan khusus AS yang bertempur tanpa menggunakan teknologi militer canggihnya, bisa dengan mudah dikalahkan.
Tulisan ini bersumber dari buku Sintong Panjaitan: Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando, PBK, 2009.
Kisah-kisah militer dan Kopassus dapat dibaca di Tribunjambi.com