Ribuan Anggota Kopassus Lepas Baret Merah, Dinyatakan Tak Memenuhi Syarat, Ada yang Menangis dan Marah
TRIBUNJAMBI.COM - Ribuan anggota Kopassus mesti menanggalkan baret merah kebanggaan mereka karena dianggap tak memenuhi syarat.
Para anggota Kopassus ini mengganti baret merah mereka dengan baret hijau dari Kostrad.
Upacara pergantian baret ini sangat mengharukan beberapa diantara mereka menangis namun ada juga yang marah.
Bahkan ada tentara yang tak terima dengan penggantian baret merah tersebut menembakkan senjatanya.
Di kalangan dunia militer Komando Pasukan Khusus (Kopassus) sangat disegani. Kopassus memang memiliki kelebihan dan sudah sangat teruji dalam berbagai operasi militer.
Kopassus yang juga dijuluki Pasukan Baret Merah ini sangat diperhitungkan militer dunia sebagai pasukan elite.
Baca: Peter Brook Smith: Sniper Kopassus Ini Masuk Jajaran Terbaik Dunia, Tatang dan Peristiwa Remexio
Baca: Teriakan Tegas Benny Moerdani ke Prajurit Kopassus yang Temukan Peti Emas: Tinggalkan atau Kau Mati
Baca: Pasukan Khusus Ini Diselamatkan Harimau Setelah Empat Hari Bertempur dan Berusaha Lolos Dari Musuh
Seorang purnawirawan TNI, Letnan Jenderal (Purn) TNI Sintong Panjaitan mengungkapkan kisah tentang seleksi yang dilakukan oleh Kopassus.
Kisah tersebut dibagikannya ke dalam sebuah buku berjudul Sintong Panjaitan Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando, karya Hendro Subroto.
Dalam buku terbitan 2009 itu, Sintong mengungkapkan, suatu ketika dia harus melakukan perampingan organisasi di tubuh Kopassus.
Jumlah pasukan yang awalnya 6.400 orang, berkurang menjadi kurang dari 3.000 orang.
Oleh karena itu, Sintong pun melakukan ujian, dan latihan melalui medan berat yang ada di Sukabumi.
Latihan itu bertujuan menilai kemampuan fisik, mental, dan kecerdasan anggota.
"Di antara kegiatan latihan itu, harus menyeberangi berbagai jurang untuk latihan fisik dan mental, kurang waktu untuk tidur dan istirahat selama satu minggu, serta membaca peta dan situasi untuk uji kecerdasan," tulis Hendro berdasarkan kesaksian Sintong.
Dalam berbagai ujian itu, pasukan yang lulus hanya sekitar 2.500 orang.