Berikut hasil wawancara eksklusif Tribun Jateng dengan Gus Miftah, ulama muda NU, mengenai sejumlah topik termasuk rencana Deddy Corbuzier masuk Islam jadi mualaf.
Wawancara dilakukan setelah Gus Miftah mengisi Jateng Bersholawat Bersama Habib Syech di Simpanglima, Semarang.
Pada keesokan hari, Senin (19/6/2019), pendakwah yang ramah ini berkenan menerima kunjungan Wartawan Faisal Affan dan Hermawan Handaka sebelum melanjutkan kunjungan ke Tegal.
Mengapa Gus Miftah suka berdakwah di dunia malam ketimbang di masjid?
Karena tidak ada yang mau masuk. Padahal mereka sebenarnya butuh ngaji.
Maka saya memberikan kesempatan dan peluang supaya mereka bisa merasakan sama dengan yang kita rasakan.
Terutama kaitannya dengan persoalan rohani.
Kesempatan mereka untuk ngaji terbatas. Maka saya jemput bola ke sana.
Bagaimana Anda bisa masuk ke diskotek maupun lokalisasi?
Tentu saya butuh pendekatan dan lobi. Saya menggunakan bahasa yang mudah dipahami mereka.
Kalau masuk ke kalangan elit ya pakai bahasa elit, masuk kalangan marjinal ya pakai bahasa kaum marjinal.
Setiap manusia memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Saya selalu menggunakan konsep dakwah yang bisa masuk ke akal mereka.
Apakah pernah mendapat penolakan, Gus?
Ya sering. Tidak sedikit pula yang akhirnya menerima dan meminta saya untuk melakukan pengajian rutin di sana. Jika dibandingkan masuk di diskotek dengan Sarkem yang ada di Jogja, lebih susah masuk Sarkem.
Karena tidak banyak orang yang tahu saya di sana. Apalagi di sana banyak preman dan persoalannya terlalu komplek.