Berita Selebritis

Siapa Sebenarnya Gus Miftah? yang Membimbing Deddy Corbuzier Jadi Mualaf, Pernah Dakwah di Diskotek

Editor: Andreas Eko Prasetyo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gus Miftah dan Deddy Corbuzier

Berikut hasil wawancara eksklusif Tribun Jateng dengan Gus Miftah, ulama muda NU, mengenai sejumlah topik termasuk rencana Deddy Corbuzier masuk Islam jadi mualaf.

Wawancara dilakukan setelah Gus Miftah mengisi Jateng Bersholawat Bersama Habib Syech di Simpanglima, Semarang.

Pada keesokan hari, Senin (19/6/2019), pendakwah yang ramah ini berkenan menerima kunjungan Wartawan Faisal Affan dan Hermawan Handaka sebelum melanjutkan kunjungan ke Tegal.

Menkopolhukam Wiranto, Menhub Budi Karya Sumadi, KH Agus Miftah, Ketua MCM Wisnu Dewanto dan tokoh MCM hadiri acara Silaturahim 600 Ustadz dan Khatib Jumat se-DKI Jakarta, Rabu (6/2/2019). TRIBUNNEWS.COM/FX ISMANTO (TRIBUNNEWS.COM/TRIBUNNEWS.COM/FX ISMANTO)

Mengapa Gus Miftah suka berdakwah di dunia malam ketimbang di masjid?

Karena tidak ada yang mau masuk. Padahal mereka sebenarnya butuh ngaji.

Maka saya memberikan kesempatan dan peluang supaya mereka bisa merasakan sama dengan yang kita rasakan.

Terutama kaitannya dengan persoalan rohani.

Kesempatan mereka untuk ngaji terbatas. Maka saya jemput bola ke sana.

Bagaimana Anda bisa masuk ke diskotek maupun lokalisasi?

Tentu saya butuh pendekatan dan lobi. Saya menggunakan bahasa yang mudah dipahami mereka.

Kalau masuk ke kalangan elit ya pakai bahasa elit, masuk kalangan marjinal ya pakai bahasa kaum marjinal.

Setiap manusia memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Saya selalu menggunakan konsep dakwah yang bisa masuk ke akal mereka.

Apakah pernah mendapat penolakan, Gus?

Video seorang ulama yang mengajak wanita di club malam berselawat viral di media sosial, diunggah akun Instagram @gusmiftah, Jumat (7/9/2018). Dalam video tersebut terlihat Gus Miftah berada di atas panggung dan melantunkan Selawat. (Instagram Gusmiftah/Youtube dakwah Dalam Cinta)

Ya sering. Tidak sedikit pula yang akhirnya menerima dan meminta saya untuk melakukan pengajian rutin di sana. Jika dibandingkan masuk di diskotek dengan Sarkem yang ada di Jogja, lebih susah masuk Sarkem.

Karena tidak banyak orang yang tahu saya di sana. Apalagi di sana banyak preman dan persoalannya terlalu komplek.

Halaman
1234

Berita Terkini