TRIBUNJAMBI.COM - Pemerintah Kota Semarang berencana untuk menutup lokalisasi Sunan Kuning mulai Agustus 2019.
Namun, rencana penutupan lokalisasi Sunan Kuning ini ditolak oleh pekerja seks komersial (PSK) dan para pemilik wisma di kawasan tersebut.
Mereka berpendapat bahwa penutupan lokalisasi Sunan Kuning justru akan menimbulkan masalah baru.
Di antara yang menolak itu, salah satunya adalah Eni (30), seorang PSK asal Wonogiri.
Ia menegaskan bahwa penutupan itu akan melahirkan masalah baru lantaran para PSK tak punya pekerjaan lainnya untuk memenuhi biaya kebutuhan hidup.
Baca: Pertunjukan Ink, Tari Kontemporer dan Pesan Jangan Saling Merendahkan yang Disampaikan
Baca: Usai Bacok Seseorang Saat Tawuran, Pemuda 18 Tahun Dibekuk Polisi Saat Melamar Kerja!
Sementara di lokalisasi ini, Eni mendapatkan penghasilan yang lumayan besar. Jika ramai, sebulan ia bisa mengantongi uang hingga Rp 7 juta.
Diakui Eni, ia sebenarnya ingin meninggalkan pekerjaan tersebut, namun himpitan ekonomi yang membuatnya terjun ke dunia prostitusi.
Untuk mencari pekerjaan lain pun dia merasa kesulitan lantaran hanya berpendidikan sekolah dasar saja.
"Saya dulu di Gbl (Gambilangu) empat bulan terus ketahuan keluarga akhirnya pulang kerja disana. Tapi, anak saya semakin besar dan butuh biaya banyak, penghasilan saya tidak cukup, akhirnya saya kesini," paparnya.
Bekerja sebagai seorang WPS, dalam semalam dia biasanya melayani lima hingga enam tamu. Jika sedang ramai, dia bisa melayani hingga delapan hingga lima belas tamu.
Baca: Tim Kuasa Hukum BPN Prabowo-Sandi Usir Tim Kuasa KPU, Bambang Widjojanto: Anda Sudah Izin?
Baca: Siapa Sebenarnya Agus Maksum? Saksi BPN yang Beberkan 17,5 Juta Suara Invalid dan Mengaku Diancam
Adapun dalam sebulan, Eni bisa mengantongi sekitar Rp 7 juta.
Uang yang dihasilkan tersebut untuk menghidupi dua anaknya yang masih berada di bangku sekolah.
"Kalau langsung semuanya tutup tidak bisa, kasihan lah. Kalau hanya diberi pesangon Rp 5 juta buat apa? Saya siap berhenti kalau Pemkot memberi kios untuk usaha saya," tandasnya mengomentari rencana penutupan lokalisasi oleh Pemkot Semarang.
PSK jadi tak terkontrol
Senada, Ayu (42) seorang PSK asal Temanggung juga menyatakan penolakannya terhadap rencana penutupan lokalisasi Sunan Kuning.