"Boy suka banget sama nastar yaa," tutur nyonya rumah, suaranya tenang.
"Oiya... bisa abis setoples dia," sahut sang ayah. Si ibu mendongak sedikit dari HP.
"Dia sukanya nastar sama sagu keju, bisa setoples sekali duduk abis, tapi kalo kastengel, sebiji pun dia lepeh, gak suka," kata si ibu tersenyum, lalu kembali ke HP.
Entah mengapa...aku menjadi gak nyaman.
Pertama, aku liat di meja ini hanya ada 4 toples kue yang terlihat baru saja dibuka. Dan kalo 1 tamu menghabiskan 1 toples kue, gimana tamu-tamu berikutnya?
Dia nggak mengadakan open house besar-besaran. Bisa jadi stok kuenya juga gak banyak. Kehidupan mereka 'terlihat' juga gak berlebihan.
Selain itu, tau kan ya semahal apa harga kue kering lebaran?
Setoples itu bisa jadi 90ribuan. Belum tentu masih ada stok di belakang.
Aku beberapa kali menangkap mata nyonya rumah gelisah melirik ke si Boy.
Dia berusaha ramah maksimal dengan membukakan astor, kripik pisang coklat dan kerupuk udang.
Tapi Boy gak peduli, pun ayah ibunya, nastar itu sekarang bersisa sepertiga . Aku gak tau lanjutannya. Karena kami pamit duluan.
Menurutku, sangat penting mengajarkan adab bertamu pada anak-anak. Apa yang boleh dan tak boleh.
Di rumah sendiri, anak-anak boleh saja memakan apa saja sampai abis, Tapi kalo di rumah orang gak boleh begitu.
Tamu orang rumah, gak hanya kita saja. Ini penting dikasih tau ke anak-anak, agar mereka gak egois.
Harga kue itu mahal. Gak semua orang bisa bikin kue.