Sudah Didukung Gurkha dan SAS Inggris, Malaysia Tak Berkutik di Tangan Kopassus
TRIBUNJAMBI.COM - Indonesia pernah seperti ditantang dengan beberapa pasukan militer beberapa negara saat bersitegang dengan Malaysia.
Pasalnya, Malaysia merupakan negara persemakmuran Inggris yang membuat negara persemakmuran lainnya membantu Malaysia dalam menghadapi Indonesia.
Tapi tidak dengan mudah tentara-tentara asing itu mengusik Indonesia.
Karena Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang saat itu masih bernama Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) sudah terbentuk.
Ya, kala itu aksi Indonesia bersitegang dengan Malaysia terjadi di era pemerintahan Soekarno
Satu sosok yang menjadi sangat teringat sebagai pahlawan Indonesia saat itu adalah Benny Moerdani.
Mengenang kisah Jenderal TNI Benny Moerdani, pastinya banyak catatan sejarah akan aksi dan perjalannya selama masih hidup.
Ya, selain dikenal sebagai loyalis Presiden Soeharto dan orang kepercayaan Pak Harto.
Benny Moerdani juga dikenal sebagai Intelijen andalan Kopassus di masa kemerdekaan.
Jenderal Benny Moerdani, merupakan seorang tokoh legendaris di dunia intelijen.
Ia adalah seorang jenderal TNI yang dikenal sangat misterius.
Di balik sosok misteriusnya, Benny Moerdani menyimpan 'segudang' kisah heroik dalam perjalanan karirnya.
Wajar saja jika Benny Moerdani menjadi pasukan paling andal yang dapat dipercaya.
Di masa hidupnya, Benny Moerdani sempat menjadi anggota RPKAD (kini Kopassus).
Ia kerap sukses mencapai target dalam sejumlah misi rahasia.
Satu di antaranya, Benny Moerdani sempat mendapatkan misi untuk memimpin perang gerilya di Irian Barat, dan berakhir dengan kesuksesan.
Dilansir dari Intisari, Benny Moerdani kemudian dipercaya untuk mengorganisasi cara menangkal aksi penyusupan pasukan Inggris.
Panglima Angkatan Darat Jenderal Achmad Yani yang menugaskan Benny Moerdani ke Kalimantan Utara untuk misi tersebut.
Kala itu, hubungan Indonesia dan Malaysia memang semakin memanas antara 1961-1966.
Kondisi di perbatasan Malaysia semakin genting.
Konfrontasi Indonesia dan Malaysia ini menyebabkan saling serang pasukan bersenjata di perbatasan Malaysia.
Wilayah perbatasan Malaysia itu dianggap sebagai daerah yang paling mematikan.
Pasalnya, pasukan militer Malaysia didukung pasukan Gurkha dan SAS Inggris.
Pasukan elite Inggris itu sudah tak bisa diremehkan lagi kekuatan dan kemampuannya.
Mereka dikenal sangat andal dalam pertempuran hutan.
Oleh karena itu, tugas yang diberikan Jenderal Ahmad Yani kepada Benny Moerdani bukanlah tugas yang mudah.
Bagaimana pun juga, misi rahasianya itu harus berhasil demi pertahanan negara.
Benny Moerdani pun membentuk tim kecil untuk menyusup ke perbatasan Kalimantan.
Ia dan tim kecilnya berangkat dari Cijantung. Tentu saja, ia juga melakukan penyamaran.
Benny Moerdani dibekali identitas baru, bukan sebagai anggota Kopassus, melainkan menyamar sebagai seorang sukarelawan.
Namanya tetap Moerdani. Namun, ia menyandang identitas sebagai warga Muarateweh, Kalimantan Selatan.
Ia bersama timnya mengenakan seragam TNKU.
Misi rahasia mereka juga bertujuan untuk mengamati rute-rute penyerbuan yang bisa digunakan pasukan induk.
Pasukan TNKU yang berintikan prajurit RPKAD (Kopassus) yang sudah berpengalaman tempur itu pun langsung menunjukkan prestasinya kendati musuh yang dihadapi merupakan pasukan khusus SAS.
Dia bersama timnya, berhasil menaklukan pasukan SAS Inggris yang menyusup di Kalimantan Timur.
Kala itu, ada empat musuh yang harus mereka hadapi.
Satu musuh berhasil ditembak mati, kemudian dua orang lainnya melarikan diri.
Sementara itu, satu orang musuh mereka tawan sebagai jaminan.
Setelah mendapatkan satu tawanan, Benny Moerdani pun langsung melapor ke Jenderal Ahmad Yani.
Kemudian, Ahmad Yani memerintahkan agar tawanan tersebut dibawa ke Jakarta sebagai bukti adanya pasukan SAS yang ditawan.
Bukti tersebut jelas akan membuat pemerintah Inggris mengambil sikap terhadap kebijakan militernya di perbatasan Kalimantan-Malaysia.
Namun, kondisi tawanan itu tengah terluka parah. Terlebih lagi minimnya sarana transportasi dan kesehatan.
Hal itu menyebabkan musuh yang ditawan itu meninggal dunia. Kemudian, jasadnya dikubur di tengah hutan Kalimantan.
Akhirnya, yang dibawa ke Jakarta hanyalah dog tag (kalung pengenal anggota militer) dan senjatanya saja.
Keberhasilan Benny Moerdani dalam konfrontasi Dwikora ini melegenda dan menjadi sejarah.