TRIBUNJAMBI.COM - Ketika Kopassus taklukkan 3 ribu pemberontak di Kongo, modal jubah putih, bawang putih, dan senjata.
Penasaran kisahnya?
Kalau bicara tentang, pastilah yang terbayang di benak kita adalah seseorang yang mengenakan baju loreng dan menenteng senjata.
Banyak film-film yang mengisahkan tentang cerita peperangan produksi negeri Paman Sam yang mengambil latar belakang kisah nyata yang dialami oleh veteran prajurit perang.
Seperti Saving Private Ryan, Band of Brothers, Dunkirk dan tentunya sang pahlawan layar kaca Rambo yang bisa menghadapi puluhan musuh hanya seorang diri.
Baca: Harga Bawang Putih Turun, di Pasar Angso Duo Jambi Hanya Rp 55 Ribu Sekilo
Namun, banyak yang tahu bahwa ternyata tentara nasional kita TNI pernah membuat dunia kagum sekaligus menelan ludah karena tercengang dengan apa yang mereka lakukan.
Dikutip dari Artileri.org, Kopassus sebagai bala tentara utama Indonesia pernah menjalankan misi yang dianggap mustahil oleh seluruh angkatan bersenjata di dunia.
Kejadiannya berawal pada tahun 1962 di negara Kongo yang waktu itu sedang bergejolak, TNI kembali diminta oleh United Nations/Perserikatan Bangsa-Bangsa ( PBB) untuk mengirim pasukan perdamaian ke Kongo.
Di bawah pimpinan Letjen TNI Kemal Idris, pasukan perdamaian indonesia tersebut diberi nama Kontingen Garuda III (Konga III).
Baca: BLAK-Blakan BPN Ungkap Sosok yang Jadi Sumber Klaim Kemenangan Prabowo-Sandiaga
Di mana anggotanya diambil dari Batalyon 531 Raiders, satuan-satuan Kodam II Bukit Barisan, Batalyon Kavaleri 7, dan unsur tempur lainnya termasuk Kopassus yang waktu itu masih bernama Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD).
Konga III berangkat dengan pesawat pada bulan Desember 1962 dan akan bertugas di Albertville, Kongo selama delapan bulan di bawah naungan UNOC (United Nations Operation in the Congo).
Daerah yang menjadi medan operasi pasukan Garuda terkenal sangat berbahaya karena di situ terdapat kelompok-kelompok milisi atau pemberontak pimpinan Moises Tsommbe yang berusaha merebut daerah tersebut karena kaya akan sumber daya mineral.
Baca: Air PAM Macet Sejak Awal Puasa, Warga Sungai Penuh Terpaksa Gunakan Air Parit
Hubungan interaksi antara pasukan Konga III dengan pasukan perdamaian negara lain terjalin sangat erat, mereka terdiri dari pasukan perdamaian Filipina, India dan bahkan dari Malaysia.
Pada saat itu tahun 1962 Indonesia sedang gencar-gencarnya menyerukan konfrontasi Ganyang Malaysia dikobarkan.
Namun, di bawah bendera PBB sikap tersebut hilang karena profesionalitas personel Konga III.
Kontingen pasukan perdamaian India merupakan yang terbesar dan terbanyak jumlahnya di UNOC dan terorganisir dengan baik.
Sedangkan pasukan Garuda hanya berkekuatan kecil akan tetapi mampu melakukan taktik perang gerilya dengan baik.
Bukan hanya soal perang melulu, Konga III juga mengajarkan masyarakat setempat untuk mengolah berbagai macam tumbuhan yang berada di sekitar mereka untuk dijadikan makanan.
Baca: Bawaslu Temukan Banyak Data Berbeda, Penetapan Rekapitulasi KPU Tanjab Timur Ditunda
Seperti cara mengolah daun singkong sehingga enak dimakan.
Suatu hari terjadi serangan mendadak di markas Konga III yang dilakukan oleh para pemberontak yang diperkirakan berkekuatan 2 ribu orang.
Markas Konga III dikepung oleh para pemberontak tersebut.
Tembak menembak terjadi dari pukul 00.00, tidak ada pasukan Garuda yang tewas pada kejadian itu.
Namun, hanya beberapa luka ringan dan segera ditangani oleh tim medis.
Sedangkan para pemberontak setelah melakukan serangan langsung mundur ke wilayah gurun pasir yang gersang.
Baca: PERAMPOK Terkepung Massa, Panik Lalu Tembak Temannya hingga Tewas, Kabur Bawa Uang Rp 55 Juta
Tak mau berdiam diri saja seluruh pasukan perdamaian di Kongo dari semua negara peserta langsung melakukan rapat koordinasi untuk melakukan pengejaran terhadap gerombolan pemberontak.
Hasilnya dibentuk tim berkekuatan 30 orang yang berasal dari RPKAD/Koppasus untuk melakukan pengejaran hingga ke markas pemberontak sekalipun.
Raut wajah bersemangat tinggi berkobar di tiap-tiap personel prajurit RPKAD yang terpilih untuk melakukan pengejaran.
Iringan doa dari semua pasukan perdamaian menyertai ke 30 prajurit terpilih karena mereka akan berada di wilayah yang disebut "no man's land".
Baca: Sempat Sekilo Rp 110 Ribu, Harga Bawang Putih di Bungo Berangsur Turun, Kini Sekilo Rp 60 Ribu
Di mana "no man's land" adalah wilayah tak bertuan yang merupakan daerah terlarang bagi pasukan PBB karena di kawasan tersebut pasukan dari india pernah ditembaki sampai habis tak bersisa.
Ke-30 pasukan RPKAD yang menyusup ke sarang pemberontak dipimpin oleh seorang kapten dan 5 orang letnan, mereka menyamar layaknya penduduk setempat, badan dan wajah digosok arang sehingga hitam menyerupai kulit penduduk setempat.
Ada juga personel yang berpakaian layaknya wanita membawa bakul sayuran.
Menurut informasi, para pemberontak berkekuatan 3 ribu orang bersenjata lengkap termasuk kendaraan lapis baja.
Ke-30 personel RPKAD itu juga mendengar informasi bahwa penduduk setempat termasuk pemberontak sangat takut dengan apa yang dinamakan Hantu Putih yaitu sosok berpakaian putih berbau bawang putih.
Baca: VIDEO: Kemilau Ramadan Tribun Jambi 2019 Hadirkan Beragam Lomba dan Pasar Sembako Murah
Nah hal ini dimanfaatkan oleh para personel RPKAD dengan mengubah penampilan pemyamaran mereka dengan menggunakan jubah putih yang mengembang apabila ditiup angin.
Isyarat serangan pun diberikan oleh komandan pada saat waktu menunjukkan jam 00.00 malam, dengan sangat cepat para personel RPKAD bergerak menggunakan kapal yang dicat hitam-hitam menyerang melintasi Danau Tanganyika yang tidak berada jauh dari "no man's land".
Ke-30 personel RPKAD yang sudah menyamar menjadi "Hantu Putih" ini atau yang dikenal oleh masyarakat setempat Spiritesses berhamburan keluar dari kapal dan langsung menyerang para pemberontak.
Pemberontak yang kaget dan memercayai jika yang dihadapi mereka adalah hantu hilang semangat dan ketakutan kocar-kacir.
Baca: Lakukan Penertiban Saat Ramadan, Satpol-PP Bungo Temukan Warung Makan Buka Siang Hari
Bahkan ada seorang pemberontak yang sedang membakar ayam karena kaget langsung melempar ayam bakarnya dan mengenai salah satu anggota RPKAD.
Selang 30 menit markas pemberontak sekaligus keluarga mereka menyerah dan dapat dikuasai, puluhan anggota pemberontak tewas dan di pihak RPKAD hanya satu orang yang cedera terkena pecahan proyektil granat.
Hasil ini langsung diinformasikan yang selanjutnya kontingen pasukan perdamaian yang lain datang untuk mengamankan daerah tersebut.
Sejak saat itu anggota Kontingen Garuda III dikenal oleh orang-orang Kongo dengan julukan Les Spiritesses/Hantu Putih, bisa dibayangkan hanya berkekuatan 30 orang berhasil menawan 3 ribu orang pemberontak bersenjata lengkap, 30 vs 3 ribu!
Baca: VIDEO: Detik-detik Jembatan Gantung Dusun Teluk Pandak Nyaris Makan Korban, Maria Sempat Terseret
Baca: MAYANGSARI Tepergok Belanja Sayur Bareng Khirani Trihatmodjo,Tampil Necis Pakai Sandal Seharga Motor
Hasil gilang gemilang ini bahkan mendapat pujian dari komandan UNOC letnan Kadebe Ngeso dari Ethopia, ia mengatakan bangga dengan dan takjub atas keberhasilan ke 30 anggota RPKAD Kontingen Garuda III dalam misi yang dianggap mustahil itu.
Sampai sekarang misi yang dilakukan oleh ke-30 anggota RPKAD itu masih menjadi legenda di Misi Pasukan Perdamaian PBB seluruh dunia.(*)
Artikel ini telah tayang di tribun-timur.com dengan judul Cerita 30 Kopassus TNI Permalukan 3 Ribu Pemberontak Kongo, Bermodal Jubah dan Bawang Putih,