TRIBUNJAMBI.COM - Memanfaatkan barang bekas dan rongsokan yang dikumpulkan orangtuanya yang pemulung, Aryo Budi, siswa kelas IX SMPN 1 Sambeng, Kabupaten Lamongan, menciptakan robot tanpa listrik.
Dia sebenarnya tak sendiri. Ada tiga temannya yang juga terlibat dalam pembuatan robot tanpa listrik itu. Ketiganya adalah Pandu Crisna, Andala, dan Rendy Permana.
Mereka pun berhasil menciptakan sebuah robot tanpa listrik dari limbah medis.
"Terinspirasi dua sisi, pertama melihat perkembangan robotik di film, kemudian menyambung dengan barang - barang yang didapat bapak (barang hasil mulung, red)," ungkap Aryo Budi kepada Surya.co.id di acara penutupan pameran pendidikan di GOR jalan Basuki Rahmad, Rabu (01/05/2019) malam.
Baca: Jika Kalian Memiliki Diantara 7 Zodiak Ini, Berarti Punya Warisan Terpendam Jadi Orang Terkenal
Baca: Video: 11 Fakta Kebakaran Mapolres Lampung Selatan, Hangus, Hanya Sisa Ruang Kasat Lantas
Baca: Setelah Petinggi PAN, Giliran AHY Temui Presiden Jokowi di Istana Negara, Benarkah Bahas Koalisi?
Baca: Ini Proyek-proyek Jokowi yang Kemungkinan Dihentikan Prabowo Subianto Jika Menang Pilpres 2019
Baca: MENGEJUTKAN Segini Biaya Operasi Plastik Lucinta Luna, Bikin Hotman Paris Garuk-garuk Kepala
Empat siswa ini memutar otak dan mengotak - adik untuk menciptakan robot dari barang bekas.
"Robot mampu bergerak tanpa listrik," kata Daryono, guru pembina SMPN 1 Sambeng.
Robot yang mereka buat, disusun dari bahan-bahan seperti mika plastik, tusuk gigi , selang infus, spet injeksi dan sendok kayu untuk ice cream.
Ternyata dengan direkayasa sedemikian rupa ditambah air dengan didorong dan disedot spet, rekayasa itu robot itu bisa berfungsi memainkan peran sesuai kemauan operator.
"Cara kerjanya air yang sudah terisi di alat suntik ini kita tekan kemudian air yang ada di dalam spet dan selang mengalir ke sebuah selang infus kemudian robot bisa bergerak. Ada gaya tarik menarik," kata Aryo Budi, sang pencetus ide yang anak pemulung ini.
Aryo mengatakan, dia juga terinspirasi dari tayangan video Youtube yang pernah dia lihat.
Hasilnya, saat dipamerkan, stand SMPN 1 Sambeng mendapat respon yang cukup signifikan dari pengunjung yang ingin tahu dari dekat,robot tanpa listrik.
Tak hanya membangun robot, empat siswa ini juga membuat sound system mini, pengerat jagung, perontok padi, vacuum cleaner, dan juga pompa mini yang semuanya dibuat dari barang bekas.
Robot Pencari Korban Gempa
Indonesia merupakan negara yang terletak di antara tiga lempengan tektonik yakni Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik.
Sehingga Indonesia sering dilanda bencana alam seperti gempa dan gunung meletus. Misalnya, gempa dan tsunami yang melanda Aceh pada tahun 2014. Bencana alam tersebut telah mengakibatkan ratusan ribu korban meninggal, luka-luka dan hilang.
Belum lama Indonesia kembali diguncang gempa dan tsunami di Kota Palu dan Kabupaten Donggala, Suwalesi Tengah ( Sulteng). Gempa berkekuatan 7,4 Magnitudo yang terjadi pada 28 September 2018 menimbulkan gelombang tsunami. B
Bencana tersebut telah mengakibatkan bangunan rusak dan memakan ribuan korban jiwa meninggal, luka-luka dan hilang.
Dilansir Kompas.com bencana alam yang sering terjadi di Indonesia inilah yang kemudian melatarbelakangi dua siswa program Boarding School Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Surakarta, yakni Amadeo Ahnaf (kelas XI IPA 1) dan Salma Sonia Jneina Sagiri (kelas XI IPA 2) untuk menciptakan robot survivor pencari korban bencana alam yang selamat.
Menurut Salma, robot ini mampu mengidentifikasi posisi korban yang masih hidup di lokasi bencana karena dilengkapi dengan sensor yang bisa mendeteksi suhu tubuh manusia.
Sehingga robot tersebut akan memudahkan tim SAR dan relawan untuk mengevakuasi korban. Biaya pembuatan robot survivor tersebut menghabiskan biaya sekitar Rp 6 juta.
Adapun komponen robot survivor ini meliputi, ultrasonic sensor SRF05, adrafruit AMG88331R thermal camera, compass sensor HMC5883L, IC2560 board with arduino mega 2560, standard servo, rover 5 robot chassis dan 800mAh Li-Po battery 12 V.
Tidak mudah untuk membuat robot survivor. Mereka membutuhkan waktu selama satu bulan untuk dapat menyelesaikan pembuatan robot tersebut. Salma mengaku sempat mengalamu kesulitan ketika merancang gripper (penjapit) komponen robot tersebut.
"Kita harus merancang dan membuat komponennya dengan benar biar gripper-nya tidak longgar saat menjapit flashpit ada tanda korban selamat," ungkap gadis kelahiran Tangerang kepada Kompas.com di MAN 1 Surakarta, Solo, Jawa Tengah, Rabu (7/11/2018).
Robot survivor ciptaan Salma dan Amadeo tersebut berhasil meraih juata tiga dalam kompetisi robotik tingkat nasional yang diselenggarakan Kementerian Agama pada 3-4 November 2018 di Depok sekaligus meraih predikat "the best original idea".
Guru fisika dan pendamping siswa Prihantoro Eko Sulistyo mengatakan, kompetisi robotik tingkat nasional tersebut merupakan agenda rutin tahunan yang diselenggarakan Kementerian Agama. Kegiatan ini sudah memasuki tahun keempat. Tetapi pihaknya baru mengikuti kompetisi tersebut baru dua tahun terakhir.
"Tahun sebelumnya 2017 juara satu robot tempat sampah katagori rancang bangun mekanika (discovery robot) yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama (Kemenag) di Serpong, Tangerang Selatan, Banten," jelas Prihantoro.
Menurut Prihantoro, pada kompetisi tahun 2018 tema besar yang ditentukan pihak penyelenggara tentang mitigasi bencana. Kemudian pihaknya membuat gagasan dari kejadian bencana alam yang terjadi di Palu, Sulawesi Tengah dengan menciptakan robot pencari korban selamat.
Dari riset yang dilakukan korban meninggal paling banyak pascabencana. Ketika mereka mencari zona aman, namun karena keterbatasan fisik mereka sehingga dalam bencana itu mereka tertimpa runtuhan bangunan maupun lainnya sehingga mereka tidak bisa kemana-mana.
"Nah, robot ini digunakan untuk mencari korban selamat yang terjebak dalam puing-puing runtuhan bangunan atau lainnya yang tidak bisa didetekai relawan.
Mereka bisa terdeteksi dengan robot ini kemudian tim SAR dan relawan bisa segera mengevakuasi korban selamat," terangnya. Dia menambahkan, untuk mencari korban selamat robot survivor berjalan di sekitar area lokasi bencana menggunakan sensor termal untuk menangkap suhu manusia yang masih hidup antara 30-40 derajat celcius.
Kemudian pada saat berjalan sensor robot akan berputar. Ketika menemukan korban yang masih hidup maka sensornya berbunyi.
"Untuk memudahkan tim SAR dan relawan mendeteksi korban masih hidup kita menggunakan cahaya secara visual dijatuhkan melalui gripper (penjapit). Dan cahaya itu diletakkan di dekat korban," beber Prihantoro.
Baca: 19 Pejabat Merangin Belum Lapor LHKPN, Inspektorat Lapor Bupati
Baca: Sidang Pleno, KPU Bungo Targetkan 3 Hari Selesai Rekapitulasi
Baca: Bukopin Sosialisasikan Program Siaga Pensiun, Siapkan Pelatihan Wirausaha untuk Peserta
Baca: Pengumuman Hasil Tes 11.000 Lowongan BUMN Sudah bisa Diakses, Ini Link untuk Cek
Baca: Fakta Dibalik Peristiwa Terbakarnya Mapolres Lampung Selatan, Hanya Menyisakan Ruang Kasat Lantas
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Manfaatkan Barang Rongsokan, Anak Pemulung di Lamongan Ciptakan Robot Tanpa Aliran Listrik, http://surabaya.tribunnews.com/2019/05/02/manfaatkan-barang-rongsokan-anak-pemulung-di-lamongan-ciptakan-robot-tanpa-aliran-listrik.