Putra Aji Adhari Bikin Kelabakan NASA, Hacker 15 Tahun Bisa Bobol Situs Pemerintah Dalam 3 Menit

Editor: Duanto AS
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Putra Aji Adhari (15), hacker muda Tangerang yang sukses menembus situs NASA milik Amerika Serikat. Dia hanya butuh 3 menit membobol situs pemerintah.

Memiliki kemampuan mumpuni untuk membobol situs-situs penting, tentu mudah saja bagi Putra mencuri data-datanya.

Putra Aji Adhari (15), hacker muda Tangerang yang sukses menembus situs NASA milik Amerika Serikat. Dia hanya butuh 3 menit membobol situs pemerintah. (YouTube/Narasi Channel)

Namun, Putra tidak mau melakukan hal itu.

Dirinya lebih memilih jalan sebagai seorang bug hunter atau para pencari celah keamanan suatu situs.

Putra Aji kemudian menjelaskan mengenai cara kerja bug hunter.

"Kalau bug hunter itu contohnya ada suatu rumah yang menurut pemilik rumahnya itu sudah tertutup rapat, menurut dia tidak ada orang yang bisa masuk.

Karena ada bug hunter, si bug hunter-nya melakukan penetration testing contohnya, lalu dia bisa masuk tanpa diketahui pemilik rumah. Kalau sudah seperti itu, biasanya bug hunter akan membuat laporan ke pemilik rumah," penjelasan Putra.

Siswa SMP tersebut bercita-cita menjadi programmer seperti idolanya.

Dua orang idolanya yang berasal dari Indonesia adalah Jim Geovedi dan kang Onno.

Ilustrasi hacker sedang membajak salah satu situs. (123RF/ Andriy Popov)

Putra Aji kemudian mendapatkan kesempatan bertemu dengan salah satu idolanya, yaitu kang Onno.

Onno kemudian menjelaskan pentingnya programmer untuk keamanan internet suatu negara.

"Penting banget. Jujur bug hunter, developer, programmer dicari banget. Sebagian besar perusahaan di Indonesia tidak berhasil dapat programmer, bug hunter, dan developer di Indonesia. Jadi mereka sering dapatnya dari mana coba? Dari India. Kebetulan di India guru-gurunya benar, sekolahnya bener ngajarinnya," tutur Onno.

Onno menegaskan pentingnya peran beberapa pihak untuk perkembangan keamanan internet Indonesia.

"Idealnya kalau bisa didukung pemerintah, sekolah, guru, kampus segala macam.

Cuma hari ini kan tidak ada yang dukung jadi terpaksa anak-anak ini kayak anak-anak bawah tanah banget, kayak gelandangan tidak ada yang memelihara.

Padahal internet Indonesia tidak akan bisa aman tanpa mereka," tambah Onno.(Nakita)

Halaman
123

Berita Terkini