Aksi Algojo yang Mengerikan Eksekusi Lebih 20 Orang: Pernah Salah Gantung, Ini Kisahnya

Editor: ridwan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ilustrasi--hukuman gantung

Dengan gesit selubung dipasangnya dan tali leher dikalungkan. Saya tak sempat melihat Harry yang bertugas memasang pengikat kaki.

Tahu-tahu saja Wade sudah melompat menyentuh pengungkil. Bunyi berdebum terdengar. Kedua terpidana merosot lalu berhenti. Tali tegang, tidak bergerak-gerak. Mereka sudah tewas. Kirky pergi membuka pintu jebakan kecil di samping untuk mendekati jenazah. Saat itu dokter muncul.

Kancing berjatuhan ketika baju jenazah pertama ditarik. Dokter mengangkat stetoskopnya untuk ditempelkan ke dada jenazah yang kepalang miring ke sebuah sisi karena lehernya patah.

Proses itu diulangi pada jenazah kedua. Saat itu lutut saya rasanya gemetar. Bukan karena eksekusi, tetapi karena hampir terjadi malapetaka.

Bayangkan, kalau terpidana no. 1 keburu pingsan! Di kamar eksekusi tidak ada orang yang berbicara. Akhirnya semua keluar. Kedua jenazah dibiarkan dulu tergantung selama sejam.

Begitu kami tiba di kamar tempat kami menginap, makan pagi disajikan. Seorang pengawal mengawasi kami makan. Tak seorang pun berbicara. Selesai sarapan, Wade dan Kirky pergi bersama si pengawal.

"Ada apa?" tanya saya kepada Harry.

"la tidak mau pergi," jawab Harry. "la belum siap. la tidak mau ditelikung, sampai mesti dipaksa. Tenaganya kuat."

Pukul 10.00 kami masuk ke kamar eksekusi untuk menurunkan mayat. Setelah bebenah, Wade menulis laporan. Setelah itu upah kami dibayar setengahnya. Setengah lagi dikirim kemudian. Sebagai asisten saya mendapat 3 guinea, tetapi hari itu saya cuma menerima 1 pon 11 shilling dan 6 pence.

Konon di masa yang lalu algojo biasa menghabiskan uangnya untuk minum-minum dan dalam keadaan mabuk mulutnya dipentang untuk bercerita macam-macam. Lantas pihak yang berwajib mengambil kebijaksanaan: upah hanya akan dibayar setengah dulu. Kalau berani buka mulut, setengah lagi tidak akan dibayar!

Salah gantung?

Pernahkah ada orang yang kesalahan digantung? Bulan Maret 1950 Pierrepoint dan saya menggantung seorang pengemudi truk berumur 25 tahun, Timothy John Evans. Namun, kemudian dinyatakan Evans tidak bersalah. Bukan dia yang membunuh istrinya, tetapi tetangganya, Reginald Christie.

Betulkah Evans tidak membunuh? Bulan November 1949 Evans menyerahkan diri karena katanya ia membunuh istri dan anaknya yang berumur 14 bulan.

Cuma anehnya, mayat ditemukan bukan di tempat yang ditunjukkannya, tetapi di tempat lain. Evans dituduh membunuh istri dan anaknya, tetapi karena kebiasaan di masa itu, ia cuma boleh diadili membunuh satu orang.

Penuntut memutuskan untuk mendakwa Evans sebagai pembunuh anaknya. Setelah Evans dihukum gantung, muncul bukti-bukti bahwa pembunuh Geraldine Evans adalah Reginald Christie, tetangganya. Jadi Evans dinyatakan tidak bersalah.

Sebetulnya tidak benar kalau Evans bukan pembunuh. Memang betul Geraldine dibunuh oleh Christie, tetapi yang membunuh Ethel, istri Evans, kemungkinan besar adalah Evans sendiri.

Begitu pendapat Hakim Brabin. Pengawal yang menjaga terpidana mati diajari menjawab pertanyaan-pertanyaan terpidana mati, seperti: "Sakit nggak sih digantung?" "Lama nggak sih matinya?"

Jawaban-jawaban yang benar membuat terpidana tenang dan terhibur pada malam-malam panjang yang mencekam. Berulang-ulang terpidana diberi tahu bahwa kematian berjalan cepat dan tidak menyakitkan kalau mereka menghadapinya dengan tenang dan tidak melawan.

Ketika Pierrepoint dan saya bertugas menggantung Piotr Maksimowski yang membunuh pacarnya (istri orang), kami mengira akan mendapat kesulitan.

Soalnya, Maksimowski takut digantung. Sebetulnya ia tidak takut mati. Ia malah mencoba bunuh diri di penjara. Ia minta dihukum tembak, hukuman yang tidak bisa diluluskan.

Ternyata orang Polandia berumur 33 tahun itu sangat membantu kami. Ia segera bangun begitu kami masuk dan membiarkan tangannya diikat. Ia berjalan tanpa ayal-ayalan ke kamar eksekusi dan dalam waktu 7,5 detik sudah meninggal.

Mendengus

Teknik menggantung orang boleh dikatakan sudah sempurna saat saya menjadi asisten algojo. Terhukum segera tewas tanpa menderita.

Tidak demikian halnya di akhir abad yang lalu. Sering terhukum sampai mesti terkejat-kejat dulu karena jiratan tidak cukup kuat untuk mematahkan lehernya. Kematian pun berlangsung tidak segera. Hal itu sama sekali tidak terjadi. Karena itulah jarak jatuh mesti cukup panjang.

Kalau sampai terpidana belum meninggal, tak ada yang bisa dilakukan, kecuali mengayunkan kakinya supaya ajal lebih cepat menjemput. Adegan yang mengerikan itu hanya terjadi di masa yang lampau.

Seorang penggantung pada masa itu, William Marwood, merasa bisa mencegah peristiwa yang tidak diinginkan itu, yaitu dengan memperhitungkan panjang jatuh.

Suatu hari datang tawaran untuk menggantung Norman Goldthorpe, seorang pembunuh brutal. Saya menerimanya. Ternyata Pierrepoint dan Steve Wade harus menggantung orang lain pada hari itu, sehingga tugas sebagai "si nomor satu" jatuh pada Harry Kirk.

Ketika saya datang ke Penjara Norwich, Kirky sudah ada di sana. Kami mengintip Goldthorpe yang ternyata kurus sekali, sehingga Kirky berniat memberinya jarak jatuh yang panjang.

Bertugas dengan Kirky lain sekali daripada dengan Pierrepoint atau Wade. Kirky senang bercanda dan tidak sekeras Pierrepoint dalam hal melewatkan saat-saat menjelang penggantungan. Malam itu kami minum-minum bir.

Pengawal kami yang masih muda segera akrab dan ikut bercanda. Pokoknya, malam itu meriahlah suasana di kamar kami tanpa kehadiran The Boss (Pierrepoint). Mulut Kirky juga lebih longgar.

Ia menceritakan pengalamannya menggantung para penjahat perang. Katanya, pernah suatu pagi mereka menggantung sampai 22 orang. Jenazah boro-boro dibiarkan tergantung sejam. Begitu selesai dijatuhkan ke pintu jebakan, lantas diperiksa oleh dokter, lalu jiratannya dibuka, dipasang lagi untuk orang berikutnya ....

Keesokan harinya kami menjemput Goldthorpe. Semua berlangsung seperti biasa, tapi ketika Goldthorpe berhenti merosot, kami mendengar suara dengus dari ruang bawah. Sekali, sekali lagi, sekali lagi .... Suara itu keluar dari balik selubung kepala!

Celaka! Saya berlari ke bawah diikuti oleh dokter. Suara dengus masih terdengar, tetapi berhenti begitu saya memasang tangga. Saya menarik kemeja Goldthorpe. Dokter menempelkan stetoskopnya. "Sudah meninggal! Sudah meninggal!" serunya.

Kentara betul ia lega. Saya memegang tali yang melingkar di leher Goldthorpe. Ternyata jari saya bisa masuk di antara leher dan tali! Dokter mengangguk. "Tapi lehernya patah. la meninggal sekejap itu juga," katanya. "Yang tadi tuh cuma reaksi otot."

Kirky kelihatan lesu dan tak mengucapkan sepatah kata pun. Ketika kami memeriksa kembali, temyata semuanya beres. Ukuran-ukuran sesuai dengan peraturan.

Tapi ketika kami membuka kerudung kepala, baru ketahuan bahwa kain kerudung itu sebagian menyelip di lubang kalung. Kain secuil itulah yang membuat tali tidak erat menjirat leher Goldthorpe!

Sejak itu saya tidak pernah bertemu dengan Kirky lagi. Ada hal lain yang ingin saya ceritakan tentang Goldthorpe. Ketika saya hampu meninggalkan penjara, seorang pengawal menghampiri.

"Hadiah untuk Anda," katanya sambil menyerahkan sebungkus rokok. "Hadiah dari dia."

"Siapa dia?"

"Goldthorpe! la berpesan agar diberikan kepada tukang gantung." Astaga!

Didekati penyogok

Sejak pengalaman Kirky itu saya tahu bahwa karier saya sebagai penggantung orang pun sewaktu-waktu bisa berakhir. Saya agak risau.

Bagi tukang las di pertambangan, pekerjaan sebagai algojo sungguh berharga, karena memungkinkan saya untuk bepergian ke kota-kota jauh, berkenalan dengan orang-orang dari tingkat yang lebih tinggi dan mendapat penghargaan karena mengeksekusi penjahat.

Suatu hari ketika saya menjemput Pierrepoint karena kami bersama-sama mendapat tugas mengeksekusi Nicholas Crosby di Penjara Manchester, saya didekati salah seorang tamu pub Pierrepoint.

la mengaku teman Pierrepoint. Dengan licinnya ia mengajak saya 'bisnis'. Ia meminta saya memasang kamera kecil di balik dasi baju saya untuk memotret adegan penggantungan.

Imbalannya besar sekali, berlipat-lipat gaji tukang las tambang atau tukang gantung orang sekalipun! Walaupun ia licin sekali, untungnya saya tidak terpeleset. Saya tidak senang kepadanya. Saya menolak. Saya malah melapor pada Albert Pierrepoint, tapi orang itu sudah pergi.

Sampai saat ini saya masih tetap yakin akan manfaat hukuman mati. Soalnya, 22 tahun setelah hukuman mati dihapuskan, 37 orang meninggal dibunuh oleh orang yang pernah membunuh sebelumnya.

Orang sering bertanya: apakah saya tidak pernah dihantui oleh orang-orang yang saya gantung? Memang pernah saya bermimpi seram dua kali. Dalam mimpi itu saya menjadi terpidana mati. Tangan saya ditelikung, lalu saya digiring ke tali gantungan.

Saya berteriak-teriak dan terbangun dalam keadaan berkeririgat dingin. Pada mimpi yang pertama saya cuma tiba di pintu kamar eksekusi.

Pada mimpi kedua saya sempat sampai di atas pintu jebakan.Mudah-mudahan sih saya tidak bermimpi untuk ketiga kalinya .... (Syd Dernley dan David Newman, The Hangman's Tale)

Berita Terkini