TRIBUNJAMBI.COM - Kenaikan harga tiket pesawat rute domestik berdampak pada sejumlah bandara di Indonesia.
Sebuah foto yang dikirim oleh Mahyuddin, AMd.Par, SE, M.Par., Dosen Fakultas Ekonomi/Direktur Akademi Pariwisata Muhammadiyah Aceh, memperlihatkan kondisi Bandara Kualanamu yang kosong melompong.
“Belum pernah dalam sejarah, Kualanamu Airport kosong melompong; sepi banget seperti kuburan. Diduga akibat kebijakan bagasi Lion berbayar. Foto diambil pukul 19.45 WIB, 10 Februari 2019, saat sedang menunggu Lion Air tujuan Banda Aceh,” demikian keterangan menyertai foto penampakan Bandara Kualanamu yang diterima Serambinews.com, Selasa (12/2/2019) malam.
Dikonfirmasi Serambinews.com via pesan Whatsapp, Mahyuddin mengatakna, kenaikan harga tiket pesawat dan pemberlakuan bagasi berbayar, telah membuat sektor pariwisata terpukul dan terjepit.
“Kebijakan yang kurang tepat dan belum layak untuk diterapkan saat ini, kami nilai sangat keliru dan salah kaprah,” kata Mahyuddin.
Baca: Terungkap Kisah Ranty Maria Putus dengan Ammar Zoni, Irish Bella Masuk Lalu Jalan
Baca: Besok Belasan Ribu Keluarga di Kabupaten Batanghari, Bakal Terima 10 Kg Rasta
Baca: Rakir 4.575 Kotak Suara, Ini Target Waktu dari KPU Batanghari
Menurutnya, kenaikan harga tiket pesawat dan kebijakan bagasi berbayar ini, akan memberi dampak buruk pada seluruh sektor yang berhubungan dengan pariwisata di Aceh.
“Arus kunjungan wisatawan yang ditargetkan 1000 orang ke Kota Banda Acehdan 5000 orang kunjungan wisatawan mancanegara ke Aceh, akan menjadi angan-angan belaka,” kata Mahyuddin.
“Orang akan berfikir panjang dalam melakukan liburan atau kegiatan perjalanan wisata ke Aceh. Banyak mitra kita dari Asosiasi Pariwisata yang ingin melakukan pertemuan seminar dan wisata ke Aceh membatalkan agendanya,” tambah Mahyuddin.
“Belum lagi kerugian yang dialami oleh teman-teman di asosiasi usaha pariwisata, seperti hotel, restoran, dan travel agent yang turun drastis pendapatannya akibat melonjaknya harga tiket pesawat,” imbuhnya.
Direktur Akademi Pariwisata Muhammadiyah Aceh ini berpendapat, pemerintah harus punya andil besar dalam menyikapi keadaan ini.
“Kebijakan ini akan mempengaruhi mirisnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah pusat dan akan melonggarkan rasa nasionalismenya,” pungkas Mahyuddin.
Hal senada juga diungkap Azwani Awi (Popon), pegiat pariwisata Aceh.
"Semua yang berhubungan dengan pariwisata terpukul. Hotel, restoran, tour travel, pemandu wisata, dan lainnya. Ekonomi pun semakin terpuruk," tulis Popon dalam pesan Whatsapp kepada Serambinews.com.
Baca: Gemini Perlu Jaga Sentimen Orang Lain, Yuk Intip Zodiak 13 Februari 2019
Baca: Hari Ini Indra Sjafri akan Umumkan Daftar Pemain yang Masuk Skat Utama Timnas di Piala AFF U-22 2019
Baca: Millenials Bungo Siap-siap, Minggu Besok ada Millenials Safety Road Festival, Kamu Harus Ikut
Diberitakan sebelumnya, para pelaku wisata di Batam sampai melakukan pawai keprihatinan pariwisata, Senin (11/2/2019).
Dalam aksi yang digelar di Gerbang Utara Dataran Engku Putri Batam, para pelaku pariwisata di Batam menyuarakan keprihatinan terhadap mahalnya harga tiket pesawat tujuan domestik dan penerapan bagasi berbayar.
Syarif Hidayatullah, manajer salah satu usaha penghasil oleh-oleh di Batam mengatakan, industri pariwisata di Batam turun drastis sejak naiknya tiket pesawat domestik serta pemberlakuan bagasi berbayar.
Khusus untuk outlet oleh-oleh, biasanya mereka bisa mengumpulkan omset sehari Rp 5 hingga Rp 6 jutaan, sekarang menurun drastis hanya Rp 2 jutaan.
"Hampir 60 persen omset menurun. Sangat berdampak pada pelaku usaha pariwisata. Baik di bidang oleh-oleh, restoran, jasa transportasi, agent, travel. Orang pasti berpikir dua kali mau beli oleh-oleh," ujar Manajer Operasional Nayadam, Syarif Hidayatullah kepada Tribun Batam, Kamis (24/1/2019).
Catatan Serambinews, sektor pariwisata menjadi salah satu program unggulan Pemerintahan Jokowi – JK.
Sepi akan Penumpang
Tidak hanya di Kualanamu, suasana sunyi sepi juga terlihat di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang.
Beberapa foto yang dilansir Warta Kota memperlihatkan pemandangan tak biasa di terminal 3 bandara terbesar di Indonesia ini, Jumat (8/2/2019).
Terminal yang kerap ramai dilalui para penumpang itu terlihat sunyi sepi bak kuburan.
Diduga kondisi ini terjadi karena kenaikan harga tiket pesawat serta penerapan kebijakan bagasi berbayar yang kini menjadi polemik di seluruh Indonesia.
Pemandangan tak seperti biasanya terhampar di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang pada Jumat (8/2/2019). Terminal yang kerap ramai dilalui para penumpang itu kini terlihat sunyi sepi bak kuburan
Pemandangan tak seperti biasanya terhampar di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang pada Jumat (8/2/2019). Terminal yang kerap ramai dilalui para penumpang itu kini terlihat sunyi sepi bak kuburan. (Warta Kota/Andika Panduwinata)
Pantauan Warta Kota di lokasi, terminal mewah ini terlihat lengang. Bahkan sunyi sepi tidak banyak penumpang yang melintas.
Counter-counter check in pun terasa senyap. Begitu pula dengan ruang tunggu para penumpang.
Di toko-toko yang berjajar di Terminal 3 juga tidak terlihat ramai dengan para pembeli.
Aktivitas penumpang di lokasi tersebut terasa sangat minim.
"Saya biasa bolak-balik Pekanbaru-Jakarta. Ada kerjaan. Tiket pesawat memang mengalami kenaikan harga," ujar Ardi (35), salah seorang penumpang saat dijumpai Warta Kota di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Jumat (8/2/2019).
Pemandangan tak seperti biasanya terhampar di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang pada Jumat (8/2/2019). Terminal yang kerap ramai dilalui para penumpang itu kini terlihat sunyi sepi bak kuburan.
Pemandangan tak seperti biasanya terhampar di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang pada Jumat (8/2/2019). Terminal yang kerap ramai dilalui para penumpang itu kini terlihat sunyi sepi bak kuburan. (Warta Kota/Andika Panduwinata)
Ia bertolak ke Pekanbaru bersama rekan kerjanya. Dan melakukan self check in di counter Terminal 3 Domestik.
"Harga tiketnya naik dua ratus ribu rupiah. Memang banyak juga yang mengeluhkan, ya mau digimanain lagi," ucap Ardi.
Ia berharap agar pemerintah peka dalam persoalan ini. Begitu juga dengan para maskapai.
"Memang sekarang-sekarang ini di Terminal 3 sepi," kata satu dari penjaga Toko Family Mart yang berada di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta.
Pemandangan tak seperti biasanya terhampar di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang pada Jumat (8/2/2019). Terminal yang kerap ramai dilalui para penumpang itu kini terlihat sunyi sepi bak kuburan
Pemerintah tak Bisa Beri Tekanan
Wakil Presiden Jusuf Kalla mengungkapkan, tak mudah mengelola bisnis maskapai penerbangan.
Dijelaskannya, saat penjualan tiket pesawat murah, maka dikhawatirkan bisnis jangka panjang perusahaan tak berjalan, di mana perusahaan tak lagi mampu membeli armada baru.
Apalagi, kata JK, 35 persen dari total biaya operasional maskapai tiap kali perjalanan, digunakan untuk membeli bahan bakar atau avtur yang harganya mengikuti harga internasional.
"Jadi kalau kita tekan terlalu murah, dia punya tiket juga bagus tapi (cuma untuk) jangka pendek, tapi jangka panjang kalau mereka tidak bisa beli pesawat akhirnya kita yang kena juga, bisa bangkrut," kata JK dilansir dari Warta Kota Selasa (12/2/2019).
Sehingga, pemerintah tidak bisa melakukan tekanan terlalu jauh untuk mengatur harga perjalanan udara itu.
"Kita (pemerintah) tidak bisa (menekan), apalagi mereka bukan pemerintah, mereka statusnya bisnis, maka harus sesuai. Kalau terlalu murah, buktinya mengelola airlines itu tidak mudah. Apalagi kalau mau ditarik murah, sudah berapa airlines yang tutup. Ada Batavia dulu, ada Adam Air, ada Merpati, ada Mandala, ada Sempati, semua kan tutup, bangkrut," bebernya.
Baca: Mantan-mantan Kekasih Irish Bella Sebelum Ammar Zoni, Bahkan Sempat Disebut Ratu Cinta Lokasi
Baca: Persiapan MTQ Tingkat Provinsi Jambi, Pemkab Bungo Kumpulkan Seluruh Camat dan Instansi Terkait
Baca: Banyak Dialog Dan Kritik Tentang Akal Sehat dan Filsafat, Rocky Gerung : Tangan Kiri Gue Gatal
Ia menilai, satu-satunya cara untuk mempertahankan bisnis penerbangan adalah dengan menaikkan harga tiket pesawat.
"Jangan lihatnya dari segi menaikkannya. Tapi lihat kalau tidak naik apa yang terjadi, ya bangkrut ini perusahaan. Kalau bangkrut perusahaan, nanti terus naik kapal laut lagi," tutur Wapres